Ilustrasi
Agus dan istrinya masing-masing berusia 30 tahun. Kedua pasangan ini memiliki seorang anak berumur lima tahun. Keluarga ini pada tahun 1995 tinggal di Jakarta. Ketika Sensus Penduduk 2000 dilakukan, mereka sudah pindah ke Bojonggede, salah satu daerah pinggiran di wilayah Jabodetabek. Karena itu mereka merupakan keluarga migran risen dari Jakarta ke Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Agus dan istrinya merupakan contoh dari sekian banyak penduduk usia kerja yang menjadi migran. Demikian juga anak mereka yang berusia lima tahun, merupakan contoh migran berusia anak-anak yang dibawa serta oleh pasangan usia produktif tersebut. Karenanya angka migrasi pada usia anak-anak juga memperlihatkan pola yang tinggi, yang merupakan cerminan dari pola migrasi orang tua mereka.
Pertanyaan
Andaikata keluarga Agus yang berasal dari Jakarta itu memang memiliki tempat tinggal di Bojonggede Kabupaten Bogor, tetapi mereka juga masih memiliki rumah di Jakarta. Rumah yang di Bojonggede itu mereka tempati hanya pada saat-saat menjelang akhir pekan, dan itu dilakukan secara rutin. Apakah keluarga Agus ini termasuk migran risen?
Jawab
Definisi migran dan non-migran sangat terkait dengan dimensi waktu dan dimensi tempat tinggal yang biasa ditempati. Dalam kasus keluarga Agus ini kita harus mencari tahu dulu biasanya dimana keluarga tersebut bertempat tinggal, di Bojonggede atau di Jakarta? Karena keluarga ini hanya menempati rumah di Bojonggede hanya pada waktu-waktu tertentu saja dan tidak berniat tinggal di sana dalam waktu yang lebih lama (enam bulan atau lebih), sementara tempat tinggal yang biasanya ditempati adalah tetap di Jakarta, maka keluarga Agus bukan termasuk migran risen. Keluarga ini hanya pelaku migran sirkuler. Jika keluarga ini pergi ke Bojonggede pada pagi hari Sabtu, kemudian pulang ke Jakarta Sabtu sore, maka keluarga ini termasuk pelaku migrasi ulang-alik. Dalam Sensus Penduduk atau survei-survei kependudukan penetapan apakah seseorang adalah migran atau bukan tergantung dari pernyataan tentang di mana biasanya tinggal.
Indikator
Untuk memudahkan studi dan analisis tentang migrasi maka digunakan beberapa pengertian tentang ukuran-ukuran yang digunakan dalam perhitungan migrasi antarkabupaten/kota. Ukuran-ukuran tersebut adalah:
- Angka migrasi masuk (mi), yang menunjukkan banyaknya migran yang masuk per 1000 penduduk di suatu kabupaten/kota tujuan dalam satu tahun.
- Angka migrasi keluar (mo), yang menunjukkan banyaknya migran yang keluar dari suatu kabupaten/kota per 1000 penduduk di kabupaten/kota asal dalam satu tahun.
- Angka migrasi neto (mn), yaitu selisih banyaknya migran masuk dan migrant keluar ke dan dari suatu kabupaten/kota per 1000 penduduk dalam satu tahun.
Kegunaan
Ukuran-ukuran migrasi ini bermanfaat untuk mengetahui apakah suatu kabupaten/kota merupakan daerah yang memiliki daya tarik bagi penduduk wilayah sekitarnya atau wilayah lainnya. Dapat juga ditentukan apakah suatu kabupaten/kota merupakan wilayah yang tidak disenangi untuk dijadikan tempat tinggal. Dengan kata lain kabupaten/kota ini memiliki daya dorong bagi penduduknya untuk pergi meninggalkan daerah tersebut.
Kabupaten/kota yang memiliki daya tarik bagi penduduk wilayah sekitarnya biasanya memiliki angka migrasi neto yang positif. Artinya, jumlah penduduk yang masuk lebih banyak daripada jumlah penduduk yang keluar. Sedangkan kabupaten/kota yang kurang disenangi oleh penduduknya akibat kelangkaan sumberdaya misalnya, biasanya memiliki angka migrasi neto yang negatif, yang berarti jumlah penduduk yang keluar lebih banyak daripada jumlah migran yang masuk.
Cara Menghitung
a. Migrasi Masuk (Mi):
dimana :
Mi | = | Angka Migrasi Risen Masuk |
= | Jumlah penduduk yang masuk ke suatu kabupaten/kota selama satu periode pengamatan | |
P | = | Jumlah penduduk pada pertengahan periode yang sama |
k | = | Konstanta, biasanya 1000 |
b. Migrasi Keluar (Mo):
dimana :
Mo | = | Angka Migrasi Risen Keluar |
OutMig | = | Jumlah penduduk yang keluar dari suatu kabupaten/kota selama satu periode pengamatan |
P | = | Jumlah penduduk pada pertengahan periode yang sama |
k | = | Konstanta, biasanya 1000 |
c. Migrasi Neto (Mn):
dimana :
Mn | = | Angka Migrasi Risen Neto | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
InMig | = | Jumlah penduduk yang masuk ke suatu kabupaten/kota selama satu periode pengamatan | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
OutMig | = | Jumlah penduduk yang keluar dari suatu kabupaten/kota selama periode yang sama | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
P | = | Jumlah penduduk pada pertengahan periode yang sama CatatanUntuk mencari jumlah penduduk pada pertengahan suatu periode, misal dalam kurun waktu 1995-2000, digunakan perhitungan seperti mencari jumlah penduduk rata-rata dari dua sensus atau survei. Untuk contoh periode 1995-2000, jumlah penduduk pada pertengaha periode 1995-2000 adalah jumlah penduduk tahun 1995 ditambah dengan jumlah penduduk tahun 2000 kemudian dibagi 2. Angka migrasi biasanya dihitung menurut kelompok umur dan jenis kelamin. Indikator migrasi risen menurut kelompok umur disebut Angka Migrasi Risen Menurut Kelompok Umur (Age Specific Recent Migration Rate), yang dapat dihitung untuk laki-laki, perempuan, dan untuk laki-laki dan perempuan. ContohTabel 1. Contoh Perhitungan Angka Migrasi Risen Menurut Kelompok Umur, Kabupaten Lombok Tengah, 1995-2000.
Sumber DataPerhitungan Angka Migrasi Risen Menurut Kelompok Umur dalam modul ini berdasarkan data hasil Sensus Penduduk 2000 dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 1995. Adapun daftar pertanyaan yang digunakan disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. DAFTAR PERTANYAAN UNTUK PERHITUNGAN MIGRASI DALAM SENSUS PENDUDUK 2000 MODUL KEPENDUDUKAN.
InterpretasiTabel 1 memperlihatkan jumlah migrasi risen masuk dan migrasi risen keluar baik menurut kelompok umur maupun keseluruhan ke dan dari Kabupaten Lombok Tengah, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Terlihat pada tabel, migrasi risen neto di kabupaten ini secara keseluruhan bernilai negatif, yaitu -2,39 yang artinya selisih antara migran risen masuk dan migran risen keluar sebesar 2,39 orang per 1000 penduduk di Kabupaten Lombok Tengah. Nilai negatif berarti lebih banyak migran yang keluar daripada yang masuk dalam periode 1995-2000. Nilai yang sama juga terlihat pada hampir semua kelompok umur. Ini artinya lebih banyak penduduk yang keluar dari Lombok Tengah ke daerah-daerah lain di Indonesia (migrasi internal) atau mungkin keluar negeri (migrasi internasional), dibanding penduduk yang masuk ke wilayah kabupaten ini selama peridoe 1995-2000. Jumlah migrasi keluar yang lebih banyak ini terutama terjadi pada kelompok umur muda (anak-anak dan usia angkatan kerja). Untuk usia angkatan kerja, biasanya mereka pergi ke luar negeri. Untuk kelompok yang lebih tua (usia pensiun), tampaknya lebih banyak yang masuk ke Lombok Tengah dibandingkan mereka yang keluar. Tidak tertutup kemungkinan penduduk usia tua ini merupakan para migran kembali (return migrants) dari daerah lain sehingga dapat dikatakan kalau kabupaten ini tidak terlalu menarik minat para penduduk usia produktif. Mereka lebih banyak yang keluar ke daerah-daerah lain atau luar negeri mencari kehidupan yang lebih baik. Karenanya tidak mengherankan jika kabupaten ini dikenal sebagai salah satu daerah pengirim TKI (Tenaga Kerja Indonesia) ke luar negeri. Jumlah migran yang disajikan pada Tabel merupakan peristiwa migrasi selama kurun waktu tahun 1995 hingga 2000. Karena itu dinamakan migran risen. Untuk menghasilkan angka migrasi (migration rate), maka jumlah migran tersebut dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan periode selama 1995-2000. Angka migrasi diperoleh dengan membagi jumlah migran risen pada kelompok umur tertentu dengan jumlah penduduk pada kelompok umur yang sama pada pertengaha periode 1995-2000, kemudian dikalikan dengan 1000. Penduduk pada kelompok umur 30-34 misalnya, memiliki angka migrasi risen neto sebesar -2,00179. Ini artinya, di antara 1000 orang penduduk Lombok Tengah berusia 30-34, terdapat lebih banyak yang pergi meninggalkan Lombok Tengah daripada yang masuk ke Lombok Tengah sebanyak dua orang berusia 30-34 dalam periode 1995-2000.
|
0 komentar:
Posting Komentar