By Munif Chatib
Begitu tiba di sekolah South View Primary School saya sempat kaget kala dipersilahkan melihat bagaimana pembelajaran di sebuah kelas. Saya masuk di kelas 5 Primary (SD), siswanya belajar bidang studi matematika. Kaget sebab sangat banyak jumlah siswanya, sekitar 40 siswa perkelas. Saya langsung menghampiri Dr. Anthony Loo sebagai master training dalam program ini dan menanyakan apakah jumlah siswa yang banyak hanya di kelas ini atau juga terjadi di kelas lainnya? Dr. Loh menjawab jumlah 40 siswa rata-rata ada pada semua kelas. Dan ini sudah standart.
Dalam hati saya menduga akan melihat sebuah pembelajaran yang kacau atau siswanya seperti robot. Guru akan terus memberikan instruksi agar efektif dengan banyak siswa. Namun ternyata bukan itu yang saya lihat. Seorang guru masuk kelas, memberi pengantar selama 10 menit. Pengantar itu ternyata adalah problem matematika yang harus diselesaikan. Guru tersebut memberitahukan cara menyelesaikannya. Saya memperhatikan betul, ternyata guru mengajarkan ada dua cara menyelesaikan masalah itu. Problem matematika yang saya maksud tentang variabel. Saya melihat jam tangan, sudah 15 menit berlangsung, dan guru memberi kesempatan siswanya bertanya. Ada dua orang siswa yang bertanya, dengan cepat dijawab oleh sang guru, sampai-sampai siswa tersebut mengangung-angguk pasti. Saya masih menunggu, apa yang akan dilakukan guru ini kemudian.
Nah ternyata kuncinya adalah pada menit-menit berikutnya, guru langsung membagi siswa menjadi 8 kelompok, masing-masing 5 siswa. Lalu ada 3 kelompok diberikan lembaran soal dengan kode A, 3 kelompok berikutnya dengan kode B, sedangkan 2 kelompok sisanya diberikan lembaran soal C. Kemudian guru tersebut menjelaskan, bahwa 3 kelompok yang mendapat lembaran A diminta menyelesaikan problem dengan solusi A, 3 kelompok yang lain menyelesaikan dengan solusi B dan yang luar biasa, 2 kelompok sisa diminta berpikir untuk menyelesaikan problem dengan solusi yang lain, maksudnya bukan A atau B.
Aba- aba diberikan oleh guru dengan memberikan informasi bahwa soal harus selesai dalam waktu 15 menit sambil menunjukkan jarum jam di belakang kelas. Siswa langsung membentuk kelompok dan mulailah kelas ramai dengan suara-suara siswa berdiskusi.
Saya diperbolehkan menghampiri setiap kelompok dan saya sempat lihat soal yang diberikan guru, ternyata hanya dua soal. Yang menarik, saya melihat terdapat kebingungan pada dua kelompok terakhir yang menerima lembaran soal C. Mereka tampaknya kesulitan. Sesekali menghampiri guru dan bertanya. Saya melihat sang guru hanya berkeliling memperhatikan masing-masing kelompok, sambil sekali-kali mengingatkan batasan waktu.
Begitu waktunya habis, meminta setiap kelompok berhenti berdiskusi, dan seperti yang saya duga, waktunya setiap kelompok presentasi. Tiga kelompok pertama (A) presentasi dalam waktu 5 menit, demikian juga tiga kelompok kedua(B) dan yang paling mengasyikkan adalah kelompok C yang maju namun tidak bisa mempresentasikan apa-apa, sebab mereka belum menemukan solusi selain A dan B.
Ternyata intinya di sini, guru mengambil peran lagi, bagaimana memberikan cara berpikir untuk menemukan solusi yang ketiga. Dan akhirnya mereka berhasil.
Setelah break sebentar, saya langsung mendatangi sang guru, dan bertanya tentang proses belajar selama 40 menit yang barusan berlangsung, tanpa kesulitan guru tersebut mengajar pada kelas yang gemuk. Sambil tersenyum guru tersebut menjawab, ada tiga kunci.
Kunci pertama adalah GROUPING. Bagilah para siswa menjadi group atau kelompok. Setiap saya mengajar, kata guru tersebut, pasti saya bagi menjadi beberapa kelompok. Sebelumnya saya memebrikan semacam prolog atau scene setting tentang materi. Untuk matematika, prolog itu berupa masalah riel sehari-hari dan bagaimana menyelesaikannya. Dalam group mereka mengerjakan kasus lain yang solusinya serupa. Namun selalu saya tantang siswa untuk menemukan solusi yang lain. Biasanya kelompok inilah yang akan menjadi kunci dalam diskusi nanti.
Kunci kedua adalah TIME FRAME. Setiap prosedur yang dilakukan siswa harus dibatasi waktu. Sebab itu saya tidak henti-hentinya mengingatkan batasan waktu kepada kelompok. Time Frame ini sangat penting agar guru dapat mengkontrol seluruh waktu yang ada untuk aktivitas semua kelompok. Kata guru tersebut Time Frame ini bermacam-macam modelnya, saat ini dengan jarum jam. Biasanya saya memakai timer, peluit atau musik.
Kunci ketiga adalah PRESENTATION. Kelompok yang sudah bekerja harus mempresentasikan hasil pekerjaannya. Biasanya kelompok yang mampu menyelesaikan problem matematikanya adalah kelompok yang sudah diberi contoh langkah-langkah pengerjaannya. Presentasi yang menarik biasanya pada kelompok yang diberikan tingkat kesulitan dengan mencari solusi yang lain untuk menyelesaikan tugasnya. Pada bagian inilah yang biasanya seru dan menarik. Mereka diajak untuk mencari sendiri jalan keluar dari sebiha permasalahan matematika.
Saya hanya bisa tersenyum dan mengucapkan selamat kepada guru tersebut atas demontrasi mengajarnya yang mengesankan. Meskipun awalnya saya pesimis mengingat kelas yang gemuk, namun saya melihat ruh management class yang baik sekali. GROUPING, TIME FRAME, dan PRESENTATION. Bisa kita contoh kan?
0 komentar:
Posting Komentar