Pada masa pendudukan tentara Jepang di Indonesia merupakan awal dari pemberontakan para pemuda Pembela tanah air. Jepang dating ke Indonesia dengan alas an sebagai saudara tua dari Indonesia yang memiliki tujuan utama adalah untuk mengambil sumberdaya alam yang melimpah sebagai cadangan perang Jepang. Dalam mempertahankan kedudukannya di Indonesia jepang membuat sebuah lembaga yaitu Prajurit Pembela Tamah Air (PETA), pembentukan ini melibatkan para pemuda yang menjadi prajurit. Dalam pelatihan para prajurit PETA dibawa dan dilatih di tengah hutan jauh dari jangkauan masyarakat sekitar agar tidak mengetahui kekejaman tentara Jepang terhadap masyarakat. Setelah pelatihan yang dilakukan prajurit PETA selesai dan diberikan kebebasan untuk menemui kluarga dan masyarakat sekitar. Setelah melihat kejadian sekitar yang mereka tidak pernah melihat sebelumnya yang terjadi di sekitar. Akhirnya mereka tersentuh dan berjuang untuk memperjuangkan dan mengusir para tentara Jepang di Indonesia. Pemberontakan ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan pemberontakan terbesar terjadi di kota Blitar.
Dalam pengaruh Peta ini dibagi menjadi tiga hal yaitu Tujuan dibentuknya Peta, wilayah pemberrontakan Peta, dan pengarunya. Peta merupakan bagian dari pergerakan jepang. Awalnya peta adalah tentara yang disiapkan jepang untuk menghadapi sekutu yang memasuki Indonesia. Peta merupakan tentara yang pembentukannya diusulkan oleh Gatot Mangkupraja. “Tanggal 7 September 1943 Gatot mengirim surat kepada panglima tertinggi Jepang di Pulau Jawa untuk permohonan dibentuknya tentara sukarela pembela tanah air (Imran, 1991:16)”.
Pada saat itu Negara Indonesia sedang diduduki oleh tentara jepang yang mengaku saudara tua dari nenek moyang yang akan memerdekakan Indonesia. Padahal jepang hanya berniat maengambil keuntungan dari sumberdaya alam yang melimpah di negeri ini. Dan melakukan beberapa propaganda antara lain dengan siasat mendirikan prajurit Peta ini yang dilakukan untuk sukarela. Tentara peta merupakan awal kebangkitan dari bangsa Indonesia khususnya daerah kota Blitar.
Tujuan dibentuknya PETA adalah untuk mempertahankan Pulau Jawa dari pengambilalihan kekuasaan oleh Sekutu. Jepang menganggap Pulau Jawa penting untuk dipertahankan karena pusat pemerintahan masyarakat Indonesia berada di Pulau Jawa. Dengan demikian sekilas muncul kesan bahwa tentara sukarela tersebut beroperasi untuk kepentingan bangsa Indonesia. Padahal tentara tersebut digunakan untuk mencapai tujuan utamanya yakni mempertahankan sekaligus memperkuat posisinya di Indonesia. Sedangkan menurut sudut pandang Indonesia, pembentukan ini untuk memanfaatkan ilmu kemiliteran Jepang. Karena ilmu pengetahuan Jepang cukup matang, terbukti dengan keberanian Jepang dalam mengebom Pearl Harbor. Dengan memanfaatkan ilmu tersebut, diharapkan pemuda-pemuda Indonesia menguasai strategi perang yang nantinya akan digunakan untuk membalikkan keadaan dengan merebut kemerdekaan dari tangan Jepang. Selain itu, diharapkan dalam organisasi kemiliteran ini dapat menumbuhkan semangat anti Jepang dalam diri para pemuda Indonesia. Tidak hanya itu, diharapkan pula bisa berkembangnya semangat nasional bersama. Mereka juga mempunyai anggapan bahwa negara merdeka harus mempunyai angkatan perang, sehingga mereka menggunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya untuk membentuk angkatan perang dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia kelak. Pemuda-pemuda Indonesia diberi latihan militer. Latihan pertama diadakan pada awal tahun 1943 dan bertempat di Tangerang (imran, 1991: 14)
Menurut Wardaya (2008:53)”Jepang menyetujui pembentukan Peta karena menyadari bahwa kedudukan militernya di Pasifik semakin sulit, ditandai dengan jatuhnya Guadalcanal pada bulan Agustus 1943. Sekaligus Jepang berharap suatu saat nanti para sukarelawan Peta itu dapat digunakan untuk melawan Sekutu”.
Menurut Poesponegoro (1984:45-46)”Di dalam rangka pelaksanaan desentralisasi Pulau Jawa sebagai satu bagian daripada ‘Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya’, mempunyai dua tugas. Tugas pertama adalah memenuhi kebutuhan sendiri untuk tetap bertahan, dan tugas kedua adalah mengusahakan produksi barang-barang untuk kepentingan perang”.
Awal dari pemberontakan tentara Peta karena merasa iba terhadap para rakyat pribumi ysng selalu menderita karena siksaan para tentara Jepang. Oleh karena itu, pemberontakan berawal dari Kota Blitar. Berbagai pemberontakan yang dilakukan adalah menguasai berbagai sudut kota.
Wilayah-wilayah yang di gunakan atau jalur yang digunakan dalam pemberontakan tentara Peta di Blitar antara lain : Gerakan dalam Kota, rombongan utara, rombongan timur, rombongan selatan, dan rombongan barat. Dari pergerakan itu banyak tokoh Indonesia yang terlibat.
Dalam pergerakan dalam Kota adalah untuk menghadang tentara bantuan dari luar kota, dibagi beberapa kompi. Tapi pasukan ini juga tidak hanya mengatasi di perbatasan-perbatasan kota, Sehingga dibentuk pasukan yang bertugas untuk mengatasi masalah di dalam kota. Yakni mereka bertugas untuk merusak jalur-jalur komunikasi Jepang serta menangani orang-orang Jepang. Pasukan ini di bagi menjadi dua regu. Regu pertama bertugas untuk merusak kantor telapon.
Jalur rombongan utara Rombongan ini menuju ke daerah Krenceng. Desa Krenceng merupakan wilayah yang terletak di Kecamatan Nglegok. Supriyadi yang merupakan penggagas pemberontakan Peta ini pun masuk dalam rombongan yang bertugas mengamankan wilayah timur. Jalur rombongan timur terdiri dari anggota Peleton 1 dan Peleton 3 Kompi 4. Dalam rombongan ini turut pula anggota dari staf Batalyon. Diantaranya adalah Dr. Ismangil, Suhardi, dan Partoharjono. Mereka merupakan perwira-perwira yang memilki pengaruh penting dalam staf batalyon. Jalur rombongan selatan terdiri atas dua bagian. Mereka adalah anggota staf batalyon sebanyak tiga regu. Sebagian dipimpin oleh Darsip, sebagian lagi oleh Imam Bakri. Rombongan ini berkumpul di Gaprang”. Mereka akan menuju Dongong, kemudian menyeberangi Sungai Brantas dan mendaki bukit yang disebut Gunung Betet. Jalur ombongan barat merupakan rombongan paling besar. Anggotanya kira-kira 200 orang. Di dalamnya terdapat tiga orang komandan lapangan. Mereka adalah Muradi, Suparyono, dan S. Jono”. Dengan kekuatan inilah mereka berhasil menempuh jarak lebih jauh daripada rombongan lain. Muradi adalah salah satu pencetus lahirnya pemberontakan Peta Blitar. Ia dikenal sebagai sosok yang bertanggung jawab dan mempunyai wibawa besar. Suparyono adalah komandan peleton 1 kompi 2. Sedangkan S. Jono adalah komandan peleton 3 kompi 1.
Dalam pengaruh tentara PETA yang paling terbesar terjadi di Blitar pada tanggal 14 Februari 1945 yang diikuti oleh kira-kira separuh dari anggota Daidan”. Terkait dengan hal tersebut baik secara langsung ataupun tidak pemberontakan yang dilakukan oleh tentara sukarela Peta telah mempengaruhi masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Blitar pada khususnya. Pergerakan tentara Peta pada akhirnya memberikan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya serta masyarakat Blitar pada khususnya. Meskipun pemberontakan sempat digagalkan namun hal ini tetap membuat masyarakat bangga sehingga mengenang para prajurit dengan keberaniaannya. Kebanggaan mereka ditunjukkkan dengan pelestarian tempat-tempat bekas prajurit prajurit dan pembangunan monumen.
Penutup
Wilayah-wilayah pergerakan Peta terbagi mejadi lima yakni, dalam kota, wilayah utara, selatan, timur, dan barat. Pembagian ini dilakukan untuk memudahkan penguasaan dan penjagaan Kota Blitar. Hal ini dimaksudkan untuk menghalang-halangi tentara bantuan Jepang dari luar wilayah Kota Blitar dari segala penjuru. Rombongan utara meliputi Desa Krenceng, rombongan timur mmeliputi Desa Garum, rombongan selatan meliputi Desa Gaprang, sedangkan rombongan Barat meliputi Desa Ponggok.
Pergerakan tentara Peta pada akhirnya memberikan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya serta masyarakat Blitar pada khususnya. Meskipun pemberontakan sempat digagalkan namun hal ini tetap membuat masyarakat bangga sehingga mengenang para prajurit dengan keberaniaannya. Kebanggaan mereka ditunjukkkan dengan pelestarian tempat-tempat bekas prajurit prajurit dan pembangunan monumen.
Daftar Rujukan
Imran, Amrin . 1984 . Pemberontakan Peta Blitar . Semarang: PT Mandira Jaya Abadi.
Pesponegoro, Marwati Djoened & Notosusanto, Nugroho. 1984. Sejarah Nasional Indonesia VI . Jakarta: Balai Pustaka.
Wardaya, Baskara T . 2008 . Mencari Supriyadi: Kesaksian Pembantu Utama Bung Karno .Yogyakarta: Galang Press.
0 komentar:
Posting Komentar