Gua Siluman atau Gua Seluman? Itulah salah satu misteri di pesanggrahan yang meski namanya masih misterius lebih sering disebut Gua Siluman. Kunjungi dan nikmati situs bersejarah yang memiliki lorong di bawah jalan aspal ini.
Tak banyak yang mengenal Pesanggrahan Gua Siluman. Maklum, pesanggrahan yang dibangun oleh Hamengku Buwono II ini memang tidak setenar Istana Air Taman Sari. Tapi, di balik ketidakpopulerannya, pesanggrahan ini sebenarnya pernah berfungsi penting bagi kalangan Kraton Yogyakarta, sebagai tempat bertapa. Bersama Pesanggrahan Warungboto, tempat ini disebut dalam salah satu tembang macapat yang berkisah tentang kemajuan yang diraih selama pemerintahan Hamengku Buwono II di Yogyakarta.
Pesanggrahan Gua Siluman terletak di wilayah Wonocatur, Sleman, tepatnya di jalan yang menghubungkan Ring Road Timur Yogyakarta dengan wilayah Berbah, Bantul. Anda yang ingin berkunjung bisa melewati Jalan Raya Janti sampai perempatan Blok O, kemudian berbelok ke kanan. Setelah menemukan papan penunjuk ke arah Berbah, anda tinggal berbelok ke kiri. Pesanggrahan terletak persis di pinggi jalan, ditandai adanya tembok tinggi setebal 75 cm yang warnanya sudah mulai menghitam.
Areal pesanggrahan mencakup wilayah kanan dan kiri jalan. Mungkin sedikit mengherankan, tapi itu benar. Apakah ada bagian bangunan yang terpotong dengan keberadaan jalan? Ternyata tidak. YogYES memastikannya dengan melihat bagian bangunan di kiri jalan yang merupakan pintu gerbang masuk pesanggrahan ini. Pintu itu bersambungan dengan lorong menuju areal bangunan yang berada di kanan jalan. Artinya, lorong yang menghubungkan kompleks di kanan dan kiri jalan itu berada di persis di bawah jalan raya menuju Berbah itu.
Pada bangunan pintu gerbang itu, kami menjumpai relief burung Beri di bagian atasnya. Bentuknya yang unik masih dapat dilihat jelas meski beberapa bagian sudah mengalami kerusakan karena dimakan usia. Sementara pada bagian bawah pintu, terdapat beberapa anak tangga yang menghubungkan bagian luar dengan lorong. Bila masuk lebih ke dalam, akan dijumpai lagi sebuah pintu yang bagian atasnya berbentuk lengkung, mungkin berfungsi sebagai penanda sudah memasuki lorong.
YogYES sebenarnya ingin menelusuri lorong, namun kami urungkan dan lebih memilih menyeberang jalan. Selanjutnya, kami menuruni bangunan yang berada di kanan jalan dan menemunkan sebuah pintu yang berbentuk persegi. Pintu itu merupakan tembusan dari lorong yang menghubungkan bagian kanan dan kiri jalan. Tak seperti pintu utara yang dihiasi dengan relief burung Beri, pintu selatan ini sederhana, tanpa hiasan apa pun.
Lewat pintu selatan itulah, YogYES bisa mengintip bagian pesanggrahan yang lain. Terdapat bangunan yang memanjang ke timur, bersambungan langsung dengan lorong. Bangunan tersebut terbagi menjadi beberapa ruang yang masing-masing juga dihubungkan dengan sebuah pintu. Tak jauh dari pintu yang menghubungkan ke ruangan paling timur, terdapat sebuah sekat yang dihiasi ornamen-ornamen indah serupa motif kain batik. Sementara, di ruangan paling timur sendiri terdapat kolam segi empat yang hingga kini masih terisi air.
Seperti banyak pesanggrahan pada masa awal Kraton Yogyakarta, Gua Siluman juga memiliki areal taman dan kolam. Saat ini, di areal taman itu ditanam beragam tanaman hias sehingga areal ini tampak hijau. Tanaman hias itu tumbuh di pinggir dua buah kolam segi empat yang juga merupakan bagian dari bangunan pesanggrahan. Bagian pinggir dan dasar kedua kolam itu sebenarnya terbuat dari plesteran yang cukup bagus, namun sayang tak bisa dilihat karena airnya tak begitu bening.
Berkeliling ke sisi barat daya, terdapat satu buah kolam air lagi yang berbentuk lingkaran. Kolam itu dihiasi dengan arca burung Beri dengan paruhnya yang menonjol. Bentuknya sangat unik, terutama karena paruhnya sekaligus berfungsi sebagai pancuran air. Kolam serupa sebenarnya juga terdapat di sebelah tenggara, namun arcanya sudah mengalami kerusakan dan kolamnya mulai terpendam tanah.
Hingga saat ini, beragam aktivitas kalangan Kraton selain semedi yang dilakukan di Pesanggrahan Gua Siluman belum bisa terjawab, termasuk siapa saja yang pernah bersemedi di tempat ini. Hal lain yang masih jadi misteri adalah nama bangunannya sendiri. Tembang macapat yang memuat pendirian bangunan ini mengatakan nama bangunan adalah Gua Seluman, namun papan nama yang ada di kompleks bangunan sekarang menyebut nama bangunannya Gua Siluman. Apakah Seluman dan Siluman berarti sama?
Dahulu, banyak orang menganggap bangunan ini angker sehingga tak sembarangan orang bisa memasukinya. Namun kini anggapan itu sudah tak ada sebab beberapa orang bahkan menggunakan areal pesanggrahan untuk tempat ngobrol. Jadi, anda bisa mengunjungi salah satu situs bersejarah ini tanpa merasa takut.
Naskah: Yunanto Wiji Utomo Photo & Artistik: Agung Sulistiono Mabruron Copyright © 2007 YogYES.COM
Hotel dekat GUA SILUMAN:
- Tidak ada data
Biro wisata ke GUA SILUMAN:
- Tidak ada data
0 komentar:
Posting Komentar