Pengungsi iklim
Pernah dengar istilah pengungsi iklim? Pengungsi iklim adalah populasi manusia yang akan terusir dari tempat tinggalnya akibat dampak perubahan iklim. Seperti diketahui, melelehnya lapisan es terbesar dunia membawa dampak yang jauh lebih besar bukan hanya bagi populasi hewan penghuni kutub, namun juga manusia yang hidup di belahan dunia yang berdekatan.
Menurut International Institute for Environment and Development (IIED), setidaknya 634 juta orang yang tinggal di sepanjang garis pantai dengan posisi 10 meter di bawah permukaan air laut, mereka menyebutnya Zona Pesisir Elevasi Rendah, akan terpaksa mengungsi akibat pelelehan es di dua lapisan es—Antartika dan Greenland. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh National Snow and Ice Data Center dan the National Center for Atmospheric Research terhadap laju reduksi lapisan es mengindikasikan bahwa pada 2050 seluruh lapisan es dunia akan sirna.
Salah satu negara yang paling rentan adalah China dengan jumlah 144 juta pengungsi iklim potensial. Selanjutnya India (63 juta) dan Bangladesh (62 juta). Bagaimana dengan Indonesia?
Agak mengejutkan, Indonesia termasuk dalam daftar lima besar, 42 juta. Negara lain yang masuk dalam sepuluh besar di antaranya Jepang (30 juta), Mesir (26 juta), dan AS (23 juta).
Jika benar menjadi kenyataan, ini merupakan perpindahan manusia paling masif yang pernah terjadi. Beberapa pengungsi bisa dengan mudah berpindah ke daerah yang lebih tinggi di negara mereka. Lainnya, bukan tidak mungkin mesti bermigrasi ke negara lain karena sudah begitu padatnya daerah dataran tinggi di negara mereka, seperti Bangladesh sebagai contoh.
Jika mendengar angka tahun 2050 mungkin sebagian besar dari kita akan santai-santai saja karena kedengarannya sepertinya masih sangat jauh di masa depan. Namun, waktu itu seperti terbang (tempus fugit) dan tanpa sadar, kita sudah berada pada masa depan yang “jauh” itu. Jika sudah begitu, apa lagi yang bisa dilakukan?
Kemauan politik-ekonomi dari negara-negara penghasil emisi terbesar merupakan cara paling rasional untuk meredam laju perubahan iklim global. Sementara, kita mungkin bisa memulai dengan hidup lebih bersahabat dengan lingkungan. Itu kalau kita tidak mau jadi pengungsi iklim 30-40 tahun mendatang.
0 komentar:
Posting Komentar