A. Penilaian Acuan Normatif (PAN)
Nilai sekelompok peserta didik (siswa) dalam suatu proses pembelajaran didasarkan pada tingkat penguasaan di kelompok itu. Artinya pemberian nilai mengacu pada perolehan nilai di kelompok itu.
Contoh:
1. Suatu kelompok peserta didik (siswa) terdiri dari 9 orang mendapat skor (nilai mentah):
50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, 30
Dari skor mentah ini dapat dibaca bahwa perolehan tertinggi adalah 50 dan perolehan terendah adalah 30. Dengan demikian nilai tertinggi diberikan terhadap skor tertinggi, misalnya 10. Secara proporsional skor di atas dapat diberi nilai 10, 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6.
Cara lain ialah dengan menghitung persentase jawaban benar yang dijawab oleh setiap siswa. Kemudian kepada siswa yang memperoleh persentase tertinggi diberikan nilai tertinggi. Jika skor (nilai mentah) di atas didapat dari 60 butir pertanyaan atau skor maksimalnya 60, maka (perhatikan tabel di bawah ini)!
Tabel. 1
Menghitung Nilai dari Skor (Nilai Mentah)
Nilai mentah | 50 | 45 | 45 | 40 | 40 | 40 | 35 | 35 | 30 |
Persentase jawaban yang benar |
83,3 |
75,0 |
75,0 |
66,7 |
66,7 |
66,7 |
58,5
|
58,5
|
50,0 |
Nilai (1-10) | 10 | 9 | 9 | 8 | 8 | 8 | 7 | 7 | 6 |
Untuk mengubah persentase menjadi nilai (1-10) dengan cara bahwa persentase tertinggi diberi nilai 10, ini berarti bahwa 83,3% dihargai 10, maka 75,0% harganya adalah (75,0%/83,3%) x 10 = 9,0.
Dapat juga dicari faktor pengali terlebih dahulu, yaitu:
83,3% adalah 10 atau (83,3/100) x n = 10 atau n = 12. Jadi faktor pengalinya adalah 12, sehingga 66,7% pada nilai (1-10) adalah 66,7% x 12 = 7,9 atau 8.
2. Sekelompok siswa terdiri dari 40 orang dalam satu ujian memperoleh nilai mentah sebagai berikut:
55 | 43 | 39 | 38 | 37 | 35 | 34 | 32 |
52 | 43 | 40 | 37 | 36 | 35 | 34 | 30 |
49 | 43 | 40 | 37 | 36 | 35 | 33 | 28 |
48 | 42 | 40 | 37 | 36 | 34 | 33 | 22 |
46 | 39 | 38 | 37 | 36 | 34 | 32 | 21 |
Penyebaran nilai mentah di atas dapat ditulis seperti tabel berikut:
Tabel. 2
Pengolahan Nilai Mentah Menjadi (1-10)
No. | Nilai Mentah | Jumlah Siswa | Jika 55 diberi 10 maka | Jika skor maks. 75 maka % yg benar | Persentase diubah menjadi (1-10) |
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 |
1 | 55 | 1 | 10,0 | 73,3 | 10,0 |
2 | 52 | 1 | 9,5 | 69,3 | 9,5 |
3 | 49 | 1 | 9,0 | 65,3 | 9,0 |
4 | 48 | 1 | 8,7 | 64,0 | 8,7 |
5 | 46 | 1 | 8,4 | 61,3 | 8,4 |
6 | 43 | 3 | 7,8 | 57,3 | 7,8 |
7 | 42 | 1 | 7,6 | 56,0 | 7,6 |
8 | 40 | 3 | 7,3 | 53,3 | 7,3 |
9 | 39 | 2 | 7,1 | 52,0 | 7,1 |
10 | 38 | 2 | 6,9 | 50,7 | 6,9 |
11 | 37 | 5 | 6,7 | 49,3 | 6,7 |
12 | 36 | 4 | 6,5 | 48,0 | 6,5 |
13 | 35 | 3 | 6,4 | 46,7 | 6,4 |
14 | 34 | 4 | 6,2 | 45,3 | 6,2 |
15 | 33 | 2 | 6,0 | 44,9 | 6,0 |
16 | 32 | 2 | 5,8 | 42,7 | 5,8 |
17 | 30 | 1 | 5,5 | 40,0 | 5,5 |
18 | 28 | 1 | 5,1 | 37,3 | 5,1 |
19 | 22 | 1 | 4,0 | 29,3 | 4,0 |
20 | 21 | 1 | 3,8 | 28,0 | 3,8 |
Jumlah siswa: 40 |
Jika nilai mentah yang paling tinggi 55, diberi nilai 10 maka nilai untuk: 52 adalah (52/55) x 10 = 9,5.
Misalnya dalam ujian tersebut nilai maksimalnya 75, maka besar presentase dihitung sebagai berikut: (55/75) x 100% = 73,3%.
Nilai akhir yang dihitung berdasarkan perubahan nilai mentah menjadi nilai (1-10) atau nilai mentah menjadi persentase kemudian menjadi nilai (1-10) hasilnya sama, sebagaimana terlihat pada kolom 4 dan kolom 6 pada tabel 2 di atas.
Bilamana jumlah anggota kelompok tidak hanya satu kelas tetapi beberapa kelas sehingga banyaknya peserta didik (siswa) ratusan jumlahnya maka untuk memberi nilai kepada setiap anggota kelompok digunakan statistik sederhana dengan menentukan besarnya skor rata-rata kelompok dan simpangan baku kelompok (mean and standard deviation).
Jumlah anggota kelompok yang besar, distribusi (penyebaran) kemampuannya mulai dari yang paling pandai, pandai, sedang, kurang dan sangat kurang.
Dalam hal ini penyebaran kemampuan anggota kelompok biasanya digambarkan menurut kurva normal.
Menurut distribusi kurva normal kalau sekelompok peserta didik (siswa) yang memiliki skor rata-rata 60, maka jumlah siswa yang mendapat skor 60 ke atas adalah:
60 sampai dengan (60 + 1.SD) adalah 34,13%
(60 + 1.SD) sampai dengan (60 + 2.SD) adalah 13,59%
(60 + 2.SD) sampai dengan (60 + 3.SD) adalah 2,14%
Begitu pula siswa yang mendapat skor 60 ke bawah adalah:
60 sampai dengan (60 – 1.SD) adalah 34,13%
(60 – 1.SD) sampai dengan (60 – 2.SD) adalah 13,59%
(60 – 2.SD) sampai dengan (60 – 3.SD) adalah 2,14%
Dengan kata lain jumlah siswa yang memperoleh skor antara (+ 1.SD sampai dengan – 1.SD) adalah 68,26%, yang memperoleh skor antara (+ 2.SD sampai dengan – 2.SD) adalah 95,44%.
Tabel. 3
Konversi Skor Mentah ke dalam Nilai (1-10)
Skor Mentah | Nilai (1-10) | Contoh |
Skor Rata-rata + 2,25SD | 10 | Perhatikan table. 2, peserta dengan skor mentah 49 mendapat nilai: 37,4 + 6,8n = 49 ( n = besar penyimpangan antara + 2,25 sampai dengan – 2,25, maka didapat n = 1, 71. Dengan demikian peserta dengan skor mentah 49 mendapat nilai 8,5. |
Skor Rata-rata + 1,75SD | 9 | |
Skor Rata-rata + 1,25SD | 8 | |
Skor Rata-rata + 0,75SD | 7 | |
Skor Rata-rata + 0,25SD | 5 | |
Skor Rata-rata – 0,25SD | 6 | |
Skor Rata-rata – 0,75SD | 4 | |
Skor Rata-rata – 1,25SD | 3 | |
Skor Rata-rata – 1,75SD | 2 | |
Skor Rata-rata – 2,25SD | 1 |
B. Pengembangan Butir Soal untuk PAN
Di atas telah disebutkan bahwa dasar penentuan nilai akhir adalah kurva normal, artinya peserta ujian dianggap mengikuti kurva normal, yaitu 68,3% dari mereka memiliki kemampuan akademis yang sedang, 13,6% memiliki kemampuan akademis baik, dan 2,3% memiliki kemampuan akademis baik sekali, sebaliknya 13,6% kemampuannya kurang dan 2,3% kemampuannya kurang sekali. Dengan demikian kalau membuat soal yang semuanya sukar akan berakibat hanya sebagian kecil yang lulus, sebaliknya kalau membuat soal yang semuanya mudah maka kebanyakan atau hampir semuanya akan lulus. Dengan kata lain soal yang semuanya sukar atau soal yang semuanya mudah tidak akan memenuhi kondisi kurva normal. Susunlah soal yang sebagian besar tingkat kesukarannya sedang, sebagian kecil ada yang mudah dan ada yang sukar. Dengan penyusunan perangkat soal seperti ini akan dapat diharapkan bahwa peserta yang pintar akan dapat menjawab semua butir soal, sehingga mereka akan ada yang memperoleh nilai tertinggi pada skala (1-10), namun kebanyakan peserta akan dapat menjawab butir-butir pertanyaan yang mudah dan yang sedang, dan sebagian kecil peserta ujian hanya menjawab dengan tepat butir-butir soal yang mudah ditambah sebagian kecil dari butir soal yang sedang, mereka inilah calon peserta yang tidak lulus.
Dengan kata lain, mencantumkan butir soal pada saat satu perangkat soal ditentukan oleh kemampuan kelompok yang akan mengikuti ujian, bukan ditentukan konsep-konsep yang harus dikuasai oleh peserta ujian. Dampak pengukuran PAN pada masing-masing individu adalah alat ukur yang digunakan belum pasti dapat mengukur kemampuan maksimal yang dimiliki seseorang (peserta ujian).
C. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Penilaian Acuan Patokan (PAP) didasarkan pada adanya tujuan instruksional yang dapat diukur. Tujuan inilah yang dipedomani untuk melaksanakan pembelajaran dan untuk mengembangkan (menulis) alat ukur. Dengan kata lain apa yang direncanakan, maka dilaksanakan dalam proses pembelajaran dan diukur untuk menentukan apakah proses pembelajaran sudah mencapai tujuan.
Dengan PAP setiap individu dapat diketahui apa yang telah dan belum dikuasainya. Bimbingan individual untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dapat dirancang, demikian pula untuk memantapkan apa yang telah dikuasainya dapat dikembangkan. Guru dan setiap peserta didik (siswa) mendapat manfaat dari adanya PAP.
Melalui PAP berkembang upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan melaksanakan tes awal (pre test) dan tes akhir (post test). Perbedaan hasil tes akhir dengan test awal merupakan petunjuk tentang kualitas proses pembelajaran.
Pembelajaran yang menuntut pencapaian kompetensi tertentu sebagaimana diharapkan dan termuat pada kurikulum saat ini, PAP merupakan cara pandang yang harus diterapkan.
PAP juga dapat digunakan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya kurang terkontrolnya penguasaan materi, terdapat siswa yang diuntungkan atau dirugikan, dan tidak dipenuhinya nilai-nilai kelompok berdistribusi normal. PAP ini menggunakan prinsip belajar tuntas (mastery learning).
Pada cara ini hanya mereka yang telah menguasai paling sedikit sekian persen soal-soal yang ditanyakan, siswa yang dianggap menguasai materi yang ditanyakan itu. Batas kelulusan itu misalnya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sebanyak 75%. Bila hendak dikonversi terhadap nilai A, B, C, D atau E, dapat menggunakan pedoman berikut:
Tabel. 4
Konversi Angka terhadap Nilai
Angka | Nilai (Huruf) |
95 – 100 87 – 94 75 – 86 60 – 74 <> | A B C D E (Gagal) |
Pengelompokan nilai-nilai mentah kedalam huruf-huruf tersebut tanpa adanya alasan ilmiah, hanya rasional saja.
D. Pengembangan Butir Soal untuk PAP
Pengembangan butir soal untuk PAP tingkat kesukarannya tidak diperhatikan karena maksud soal ini bukan membedakan siswa yang pandai dari siswa yang kurang, tetapi melihat penguasaan seseorang terhadap bahan atau tujuan instruksional. Juga daya pembeda tidak diperhatikan dalam PAP, tetapi yang menjadi perhatian ialah daya serap siswa.
PAN dan PAP, keduanya digunakan dalam penilaian kognitif (pengetahuan). Kedua pendekatan ini akhirnya dapat menggunakan angka (1-10) atau (1-100) atau A, B, C, D, E. Sedangkan penilaian untuk yang non kognitif (sikap, keberhasilan, disiplin misalnya) dinyatakan secara verbal seperti baik sekali, baik, sedang, kurang, atau kurang sekali.
E. Perbandingan PAP dan PAN
No. | Penilaian Acuan Patokan (PAP) | Penilaian Acuan Normatif (PAN) |
1. | PAP digunakan untuk menentukan status setiap peserta terhadap tujuan yang direncanakan | PAN digunakan untuk menentukan status setiap peserta terhadap kemampuan peserta lain |
2. | Tidak memperdulikan perbedaan individual | Perbedaan individual mendapat penekanan dalam PAN |
3. | Keragaman bukan menjadi faktor penentu dalam PAP, walaupun pada akhirnya tes-tes akan membedakan peserta yang telah menguasai dan belum menguasai | Pengembang PAN berupaya untuk menghasilkan tes-tes yang menghasilkan keragaman yang cukup berarti |
4. | PAP secara khusus menekankan pada ranah (kawasan ) tertentu yang harus dipelajari peserta didik | PAN mengukur kompetensi umum peserta didik |
5. | Butir-butir soal ditulis berdasarkan pengelompokkan, setiap kelompok terpusat pada tujuan tertentu | PAN menghasilkan penguasaan peserta didik secara umum dalam bidang pembelajaran tertentu |
6. | PAP memberikan indikator yang lebih meyakinkan bahwa tujuan telah tercapai | PAN memberikan hasil pengukuran yang meyakinkan terhadap penguasaan secara umum mengenai pembelajaran
|
7.
| PAP memiliki standar penguasaan untuk semua peserta yaitu berhasil atau gagal | PAN memiliki kecendrungan untuk menggunakan rentangan tingkat penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari yang sangat istimewa sampai dengan yang mengalami kesulitan yang serius |
8. | PAP memberikan penjelasan tentang penguasaan kelompok terhadap satu atau sejumlah tujuan | PAN memberikan skor yang menggambarkan penguasaan kelompok |
9. | Mudah menentukan materi yang belum dikuasai peserta didik dan mudah memberikan bantuan untuk menguasainya | Sukar menentukan dan memberi bantuan materi yang belum dikuasai peserta didik |
10 | Baik PAP maupun PAN diperlukan dalam pengukuran, karena keputusan yang tepat untuk memilih alat ukur yang digunakan akan sangat menentukan, misal alat ukur untuk UN berbeda dengan alat ukur untuk UMPT |
2 komentar:
dalam evaluasi pembelajaran di SD mana yang lebih tepat diterapkan? PAP atau PAN !!!
Mohon jawaban dan penjelasannya .....
keduanya bisa digunakan di SD
Posting Komentar