Strategi Pembelajaran
Secara umum strategi dapat diartikan sebagai suatu
garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran
yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi
juga bisa diartikn sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik
dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang
telah,digariskan.
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai perencanaan yang
berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dari pendapat
tersebut, Dick and Carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi
pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang
digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada
siswa.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
strategi pembelajaran
merupakan suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan) yang termasuk
juga penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan
dalam pembelajaran. Ini berarti bahwa di dalam penyusunan suatu strategi
baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada
tindakan. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu, artinya
disini bahwa arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah
pencapaian tujuan, sehingga penyusunan langkah-langkah pembelajaran,
pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan
dalam upaya pencapaian tujuan. Namun sebelumnya perlu dirumuskan suatu
tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya.
Jenis-jenis strategi pembelajaran
Pengembangan pengalaman belajar akan akan sangat ditentukan oleh
pengemasan materi pelajaran. Pengemasan materi secara individual,
seperti pengemasan dalam bentuk pengajaran terprogram dan pengemasan dalam
bentuk modul, maka pengalaman belajar harus didesain secara individual
juga, artinya pengalaman belajar yang dapat dilakukan oleh siswa secara
mandiri. Demikian juga halnya, kalau pengemasan materi pelajaran
dilakukan untuk kebutuhan kelompok sehingga materi pengajaran tidak
memungkinkan dapat dipelajari sendiri, maka pengalaman belajar harus
didesain untuk pengajaran kelompok atau klasikal yang memerlukan
bimbingan guru.
Mengorganisasi pengalaman belajar meliputi 4 hal pokok yaitu;
- Pengidentifikasian dan penetapan spesifikasi dan kualifikasi hasil
yang harus dicapai dan menjadi sasaran setiap usaha pembelajaran.
- Pertimbangan dan pemilihan strategi pembelajaran yang ampuh untuk
mencapai sasaran. Masalah ini berkaitan dengan penetapan metode dan
teknik pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan jenis materi
pembelajaran.
- Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal
sampai akhir. Masalah ini berkaitan dengan penetapan prosedur dan
kegiatan yang harus dilakukan baik oleh guru atau siswa.
- Pertimbangan dan penetapan tolak ukur dan ukuran baku yang akan
digunakan untuk menilai keberhasilan usaha yang dilakukan. Masalah ini
berkaitan dengan penetapan alat evaluasi untuk mengumpulkan informasi
tentang kebrehasilan siswa mencapai tujuan dan kompetensi pembelajaran.
Pencapaian sasaran atau tujuan yang ditentukan, akan sangat
tergantung pada pengemasan bahan dan strategi pembelajaran yang
digunakan.
Macam-macam strategi pembelajaran
a) Strategi Pembelajaran Ekspository
Strategi pembelajaran ekspository adalah strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang
guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai
materi pelajaran secara optimal. Roy Killen (1998), Menamakan strategi
ekspository ini dengan istilah strategi pembelajaran langsung
(direct instruction),
Oleh karena ekspository lebih menekankan kepada proses bertutur maka,
sering juga dinamakan istilah strategi. Fokus utama strategi ini adalah
kemampuan akademis siswa. Metode pembelajaran yang sering digunakan
untuk mengaplikasikan strategi ini adalah metode kuliah atau ceramah.
Ada beberapa langkah dalam penerapan strategi ekspository,yaitu;
1) Persiapan
Langkah ini berkaitan dengan mempersiapkan
siswa untuk menerima pelajaran. Tujuan yang ingin dicapai dalam
melakukan persiapan adalah:
- Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif.
- Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar.
- Merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa.
- Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka.
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan diantaranya adalah;
2) Penyajian
Langkah penyajian adalah langkah
penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah
dilakukan. Yang harus dipikirkan oleh setiap guru dalam penyajian ini
adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan
dipahami oleh siswa. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini diantaranya adalah penggunaan
bahasa, intonasi suara, menjaga kontak mata dengan siswa, dan
penggunaan kalimat atau bahasa yang lucu agar kelas tetap hidup dan
segar.
3) Korelasi
Langkah korelasi adalah langkah
menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau hal-hal lain
yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur
pengetahuan yang telah dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan tiada
lain untuk memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk
memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimilikinya, maupun makna
untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik
siswa.
4) Menyimpulkan
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami
inti dari materi pelajaran yang telah disajikan. Menyimpulkan berarti
pula memberikan keyakinan kepada siswa tentang kebenaran swatu paparan.
Dengan demikian, siswa tidak merasa ragu lagi akan penjelasan guru.
Menyimpulkan bisa dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya;
- Mengulang kembali initi-inti materi yang menjadi pokok-pokok persoalan.
- Memberikan beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi yang disajikan.
5) Mengaplikasikan
Langkah aplikasi adalah langkah untuk
kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Tehnik yang
biasa dilakukan pada langkah ini diantaranya;
- Membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan
- Memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang telah disajkan.
b) Strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti
dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri
biasanya dilakukan melalui Tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi
pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi
beuristic, yang berasal dari bahasa yunani, yaitu
heuriskein yang berarti saya menemukan.
Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan SPI dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut;
1) Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk
membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsive. Pada langkah
ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses
pembelajaran. Berbeda dengan tahapan preparation dalam strategi
Pembelajaran Ekspositori ((SPE) sebagai langkah untuk mengkondisikan
agar siswa siap menerima pelajaran, pada langkah orientasi pada SPI,guru
merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.
Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan
SPI sangat tergantung kepada kemauan siswa untuk beraktivitas
menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa kemampuan dan
kemauan itu tidak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan
lancer.
2) Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah
membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka teki. Persoalan
yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir
memecahkan teka teki itu. Dikatakan teka teki alam merumuskan masalah
yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa
didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban
itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, karna melalui proses
tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai
upaya pengembangan mental melalui proses berpikir. Dengan demikian
teka-teki yang menjadi masalah dalam berinkuiri adalah teka-teki yang
mengandung konsep yang jelas yang harus dicari dan ditemukan. Ini
penting dalam pembelajaran inkuiri.
3) Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari
suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara,
hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu
untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir.
Potensi berfikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu untuk
menebak atau mengira-ngira (perhipotesis) dari suatu permasalahan.
Manakala individu dapat membuktikan tebakannya, maka ia akan sampai pada
posisi yang dapat mendorong untuk berpikir lebih lanjut.
4) Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas
menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang
diajukan. Ddalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan
intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi
yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan
kemampuan menggunakan potensi berpikirnya, oleh sebab itu, tugas dan
peran guru daam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaanyang
dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
5) Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan
jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang
diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji
hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang
diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan
kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan
bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh
data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.
6) Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses
mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian
hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan puncak dalam proses
pembelajaran. Sering terjadi, oleh karena banyaknya data yang diperoleh,
menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang
hendak dipecahkan. Oleh karna itu, untuk mencapai kesimpulan yang
akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang
relevan.
c) Strategi Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan system pengelompokan atau tim kecil, yaitu antara 4-6 orang
yang mempunyai latar belakang kemampuan akademis, jenis kelamin, ras,
atau suku yang berbeda (Heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap
kelompok. Setiap kelompok akan memperoeh penghargaan (
reward),
jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan
demikian, setiap anggota kelompok akan memiliki ketergantungan positif.
Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung
jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari
setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka
akan memiliki motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap
individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi
demi keberhasilan kelompok.
Prosedur pembelajaran kooperatif pada perinsipnya terdiri atas 4 tahap, yaitu;
1) Penjelasan materi
Tahap penjelasan diartikan sebagai proses
penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam
kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap
pokok materi pelajaran. Pada tahap ini, guru memberikan gambaran umum
tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan
memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok (team). Pada tahap ini
guru dapat menggunakan metode ceramah, curah pendapat dan tanya jawab,
bahkan kalau perlu guru dapat menggunakan demonstrasi. Disamping itu,
guru juga dapat menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses
penyampaian dapat lebih menarik siswa.
2) Belajar dalam kelompok
Setelah guru menjelaskan gambaran umum
tentang pokok-pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk
belajar pada kelompokya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya.
Pengelompokan dalam SPK bersifat heterogen, artinya kelompok dibentuk
berdasarkan perbedaan-perbedaan setip anggotaya, baik perbedaan gender,
latar belakang agama, social sampai ekonomi dan etnik serta perbedaan
kemampuan akademis, dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran
biasanya tediri dari 1 orang berkemampuan akademis tinggi, 2 orang
dengan kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan
akademis kurang (anita lie, 2005). Selanjutnya lie, menjalankan beberapa
alasan lebih disukainya pengelompokan heterogen. Pertama, kelompok
heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer tu toring)
dan saling mendukung. Ke 2, kelompok ini meningkatkan relasi dan
interaksi antar ras, agama, etnik, dan gender. Terakhir, kelompok
heterogen memudahkan pengelolaan kelas karna dengan adanya satu orang
yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk
siap 3 orang melalui pembelajaran tim siswa didorong untuk melakukan
tukar menukar (sharing) informasi dan pendapat, mendiskusikan
permasalahan secara bersama, membandingkan jawaban mereka dan mengoreksi
hal-hal yang kurang tepat.
3) Penilaian
Penilaian dalam SPK biasa dilakukan dengan
tes atau kuis. Tes atau kuis baik dilakukan secara individual maupun
secara kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan informasi
kemampuan setiap siswa; dan tes kelompok akan memberikan informasi
kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan
keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam
kelompoknya. Hla ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama
dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota
kelompok.
4) Pengakuan Tim
Pengakuan tim (team recognation) adalah
penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi
untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadia. Pengakuan dan pemberian
penghargaan tersebut, diharapkan dapat memotivasi tim lain untuk lebih
mampu meningkatkan prestasi mereka.