Membantu Anak yang Mengalami Stres



Sebagai manusia yang belum berpengalaman dan kapasitas otak yang belum optimal, seorang anak tidak memiliki kemampuan untuk mencari solusi dari stres yang dideritanya sehingga perlu mendapat bantuan dari orang dewasa untuk dapat mengatasi kesulitannya sehingga stres yang dialaminya tidak berkepanjangan.

Bila ada indikasi anak Anda mengalami stres, hindari untuk merasa panik berlebihan karena bila Anda panik maka Anda dapat pula menderita stres sehingga tidak dapat membantu anak Anda. Yang dapat Anda lakukan untuk membantu anak Anda adalah:

1. Perbaiki pola asuh Anda
Bila selama ini Anda cenderung otoriter atau sebaliknya serba boleh, sebaiknya Anda mengubah pola asuh Anda agar anak Anda tidak merasa terbebani dengan tuntutan yang berlebihan. Sebaliknya, berikan aturan yang jelas, mengapa aturan tersebut diberikan dan konsekuensi apabila peraturan dilanggar. Jangan lupa untuk memberikan pujian jika anak Anda bersikap positif, tetapi berikan teguran atau disiplin apabila anak melakukan pelanggaran serta penjelasan mengapa disiplin diberikan dan bukan karena orang tua membenci anaknya.

2. Jangan buat tuntutan yang berlebihan
Orang tua menginginkan anaknya mencapai yang terbaik, tetapi jangan tetapkan target yang tidak dapat dicapai oleh anak. Jangan pula mengritik atau membanding-bandingkan seorang anak dengan orang lain. Terimalah seorang anak dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Jika seorang anak gagal mencapai tuntutan yang Anda berikan, jangan menghukum atau mengejeknya, tetapi bantulah anak agar dapat menjadi lebih baik di kemudian hari. Kegagalan yang dialami anak sekarang bukan berarti dia tidak dapat menjadi lebih baik dan bukan berarti akhir segalanya.

3. Buat kedekatan dengan anak dan komunikasi yang terbuka
Kedekatan orang tua dengan anak akan membantu seorang anak terbuka terhadap orang tua dan leluasa menjadikan orang tua sebagai tempat curhat. Anak dapat menceritakan kejadian yang tidak menyenangkan yang dialaminya saat di sekolah atau di luar rumah. Orang tua, sebagai manusia yang lebih berpengalaman dapat memberikan solusi yang baik untuk anak atau mengambil tindakan yang diperlukan agar kejadian tidak menyenangkan dapat dihindari. Ini sangat baik dibandingkan jika anak menceritakan permasalahannnya kepada teman sebaya atau orang lain yang tidak tepat yang dapat memberikan saran yang membuatnya semakin terpuruk.

4. Ciptakan keluarga yang harmonis
Hubungan ayah ibu yang harmonis, kedekatan dengan kakak adik dan anggota keluarga lain membuat anak merasa nyaman dan betah di rumah, membantunya terhindar dari pergaulan buruk yang dapat menimbulkan berbagai masalah yang dapat membuat anak stres. Selain itu, dengan keluarga harmonis dapat menghindari terjadinya pertengkaran bahkan perceraian yang akan mengganggu kestabilan emosi anak.
Bentuk anak yang mandiri

Seorang anak pada saatnya harus menjadi mandiri, karena tidak mungkin orang tua terus menerus mengawasinya. Maka, bantu anak dengan melatihnya untuk membuat keputusan yang diperlukan. Misalnya, saat seorang anak menanyakan apakah suatu tindakan boleh dilakukan atau tidak, ajak anak berdiskusi apa hal baik dan hal negatif yang akan terjadi jika anak melakukan hal tersebut. Hal ini dapat membantu anak jika suatu saat ia harus membuat keputusan tanpa bantuan orang tua. Anak yang mandiri juga akan lebih dpaat menyelesaikan masalahnya dan menangani saat dia merasa tidak nyaman sehingga mencegah anak mengalami stres.

5. Beri keleluasan yang wajar untuk anak
Untuk hal-hal yang tidak terlalu prinsip, berikan keleluasan pada anak. Misalnya dalam menentukan kegiatan ekstrakurikuler atau kursus yang akan diikutinya. Biarkan anak menyalurkan hobinya sehingga anak tidak merasa terkekang dan menikmati aktivitasnya.

6. Berikan makanan sehat dan tidur cukup
Karena asupan gizi dapat mempengaruhi stres anak, maka sajikan makanan yang bergizi untuk Anda, jangan membiasakannya dengan makanan cepat saji, soft drink, atau jajanan lain yang tidak bergizi. Juga biasakan anak agar makan dengan teratur dan tepat waktu. Sedangkan untuk membantu anak cukup tidur, bantu anak agar memiliki jadwal yang baik, tentukan kapan dia boleh bermain, kapan harus mengerjakan tugas dan jadwal lainnya sehingga anak memiliki waktu untuk tidur siang dan tidak sampai harus tidur larut malam untuk mengerjakan tugasnya.

7. Ikuti Mood Mereka
Ikuti terus bagaimana mood mereka dengan membiasakan untuk bercerita. Tanyakan dengan pertanyaan, "Bagaimana sekolah mu hari ini?" "Bagaimana perasaan kamu?" "Apakah teman kamu masih sering mengganggu kamu?" dan lain sebagainya pada waktu luang. Jika Anda membiasakan mereka untuk menceritakan keseharian mereka, Anda akan mudah menemukan bagaimana mood buah hati.

Jangan anggap remeh apapun yang dia ceritakan, misalnya dia menangis selama dua jam karena malu terpeleset kulit pisang di depan teman-temannya. Mungkin Anda menganggapnya lucu. Tapi akan lebih baik menceritakan pengalaman yang mungkin sama dengannya saat Anda masih belia. Pengalaman itu dapat menghiburnya.

8. Jaga Perbuatan dan Ucapan Anda
Semua yang tampak baik kadang tidak seperti itu keadaannya. Bisa jadi Anda sedang bertengkar dengan suami, dan si kecil tahu.

Anda mungkin heran dari mana si kecil tahu permasalahan orang tua mereka, padahal Anda menutup rapat masalah pertengkaran bersama suami. Perkataan sinis pada suami atau curhat Anda kepada saudara melalui telepon bisa ditangkap sebagai sesuatu yang tidak beres bagi anak Anda.
Jangan memarahi apalagi sampai menghukum si kecil bila dia terlanjur mengetahui permasalahan dalam keluarga. Tanyakan dari mana dia mengetahui hal itu, dan jelaskan sebaik yang Anda bisa bahwa Anda, suami Anda dan putra-putri Anda akan baik-baik saja.

Tunjukkan pada mereka bahwa kadang berselisih pendapat adalah hal yang wajar. Tetap tunjukkan rasa hormat Anda kepada suami Anda, karena apa yang anak Anda lihat dan dengar, itulah yang mereka rasakan.
Karena itu, akan bijak jika Anda lebih berhati-hati dalam perkataan, tingkah laku atau saat bercerita pada sahabat mengenai masalah Anda. Percayalah, saat putra-putri Anda tahu bahwa orang tua mereka dalam masalah, mereka akan memikirkan hal tersebut dan lebih banyak menyimpannya seorang diri tanpa sepengetahuan Anda.

9. Fokus Pada Hal Positif
Nilai raport anak Anda turun? Atau Anda menjumpai kertas hasil ulangan dengan nilai 20 disembunyikan di bawah kasur? Jangan langsung memberi cap putra-putri Anda sebagai anak bodoh atau menghukum mereka dengan ancaman.
Masalah nilai adalah masalah yang paling sering ditakutkan anak usia sekolah, mereka takut bila orang tua mereka kecewa, terlebih lagi jika Anda dan suami Anda termasuk dalam golongan terpelajar.

Tanyakan dengan nada halus pada mereka, mengapa nilai mereka sampai turun. Bisa jadi mereka memang tidak mengerti topik pelajaran mereka, bisa jadi mereka sakit perut saat ulangan, terimalah alasan mereka dan jadikan sebagai motivasi.
Buat semangat putra-putri Anda mengacu pada hal positif, banggalah pada mereka karena telah mengerjakan ulangan tanpa berbuat curang dan pasti bisa mengerjakan ulangan lebih baik lagi.

10. Temani Saat Menonton

Menonton apa saja, mulai dari televisi, pawai, atau menyaksikan langsung anak-anak jalanan yang menjadi pengemis. Pada saat seperti itu, anak Anda perlu mendapat bimbingan dari Anda mengenai apa yang sedang mereka tonton, mengapa hal itu bisa terjadi dan lain sebagainya. Seringkali mereka bertanya dan Anda adalah orang terbaik untuk menjawab pertanyaan mereka.

Seringkali berita mengenai bencana, kekerasan pada anak dan lain sebagainya membuat mereka trauma sekalipun tidak mengalaminya langsung. Tunjukkan pada mereka bahwa Anda dan suami Anda akan melindungi mereka sebaik yang Anda bisa, sehingga mereka tidak perlu mencemaskan hal tersebut. Mengajak mereka untuk berempati pada orang lain bisa dijadikan kesempatan untuk membuktikan bahwa hidup mereka aman bersama Anda.

11. Buat Mereka Selalu Percaya Diri

Ini sama dengan cara melepaskan stres yang dihadapi orang dewasa, Anda harus menanamkan rasa percaya diri pada putra-putri Anda. Banyak hal yang bisa membuat rasa percaya diri mereka luntur, misalnya ditertawakan teman-temannya saat tampil di depan kelas, atau dalam hal apapun. Anak-anak cenderung lebih rapuh dalam hal ini.

Bila dibiarkan terus menerus, rasa malu dan tidak percaya diri ini akan terbawa hingga dewasa dan melahirkan sikap pesimis. Karena itu, Anda adalah penyemangat terbaik mereka. Buatlah putra-putri Anda bahwa mereka bisa menghadapi apapun dengan usaha maksimal. Selalu dekap mereka dan ucapkan:
"Dalam menghadapi rintangan apapun, kamu harus berusaha terlebih dahulu, berusaha sebaik yang kamu bisa. Jika kamu ada kesulitan, kami ada di sini untuk mendukung dan membantu kamu."

Perhatian dan kasih sayang yang dari orang tua tertutama yang dibutuhkan anak dan membantu anak terhindar dari stres. Maka, terus dukung, latih dan asuh anak Anda agar dia dapat menikmati hari-harinya dengan ceria.

Aspek Perkembangan Anak

Dalam kehidupan anak, ada dua proses yang berlangsung secara kontinyu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Kedua proses ini berlangsung secara interdependen, saling bergantung satu sama lainnya. 


Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses alamiah yang terjadi pada setiap mahluk hidup. Pada masa balita, proses pertumbuhan dan perkembangan ini terjadi dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi pada seorang anak pun tidak hanya meliputi perubahan fisik, tetapi juga perkembangan berpikir, perasaan, sosial, dan lainnya.
Yang jelas, perkembangan anak tidak berlangsung secara mekanis-otomatis. Tapi, sangat bergantung pada beberapa faktor secara simultan. Maka setidaknya ada tujuh aspek perkembangan anak yang harus dibina.


1. Perkembangan Gerakan Motorik Kasar
Gerakan motorik adalah semua gerakan yang dilakukan oleh seluruh tubuh. Sedangkan yang termasuk gerakan motorik kasar ialah apabila gerakan yang dilakukan melibatkan sebagian besar dari kegiatan tubuh dan biasanya memerlukan tenaga, karena dilakukan oleh otot-otot besar. Misalnya, duduk tanpa dibantu, merangkak, bangkit, berdiri tanpa dibantu, dan lainnya.

2. Perkembangan Motorik Halus
Yaitu gerakan yang dilakukan oleh bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil. Karena biasanya tidak begitu memerlukan tenaga, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya, menjangkau, mencekam, memasukan benda ke mulut, mengenal benda dengan menggunakan jempol dan satu jari, memindahkan benda dari tangannya, dan lainnya.

3. Perkembangan Komunikasi Pasif
Dalam hal ini, kemampuan anak untuk mengerti isyarat dan pembicaraan orang lain. Misalnya, menengok ke arah sumber bunyi, menghentikan kegiatan kalau mendengar ada kata perintah, memberikan reaksi berbeda terhadap macam-macam jenis suara, dan lainnya.

4. Perkembangan Komunikasi Aktif
Yakni kemampuan anak untuk mengungkapkan keinginan dan perasaan dalam bentuk kata-kata. Misalnya, membuat bunyi-bunyi seperti tangisan, mengulangi bunyi (mengoceh) kalau sedang sendiri atau diajak bicara, mencoba meniru bunyi menurut kemampuan anak, dan lainnya.

5. Perkembangan Kecerdasan
Kecerdasan ini mengandung makna kemampuan daya ingat, daya tangkap seorang anak pada umur tertentu. Anak yang pandai akan cepat tanggap dalam membandingkan dan membedakan ide. Kemampuan kecerdasan anak ini, apabila tidak terlaksana pada waktunya, akan menimbulkan kesukaran pada diri anak. Misalnya, mengikuti benda bergerak dengan mata, mengikuti gerakan dan perbuatan, mengenal orang berbeda-beda, memberikan reaksi pada orang yang belum dikenal dengan menangis atau menatap terus-menerus, dan lainnya.

6. Perkembangan Kemampuan Menolong Diri
Dalam hal ini, adalah ketrampilan dan kemampuan menolong diri sendiri pada saat umur tertentu. Walaupun secara alamiah seorang anak masih harus ditolong, tetapi hendaknya sudah mulai belajar untuk dapat melakukan sendiri tanpa ada pertolongan orang lain, agar anak tidak merasa canggung lagi melakukannya. Misalnya, menyuapkan biskuit ke mulut, memegang cangkir/gelas dengan tangan tidak dibantu, dan lainnya.

7. Perkembangan Tingkah Laku Sosial
Yaitu tingkah laku yang mencerminkan kemampuan hidup berdampingan dengan orang lain. Perkembangan ini berdampak terhadap bagaimana seseorang anak dapat membiasakan menyesuaikan diri dengan lingkungan, dapat menerima, membantu, dan menghargai orang lain. Misalnya, tersenyum secara spontan, menaruh perhatian kalau namanya sendiri disebut, memberikan reaksi terhadap perkataan "tidak", dan lainnya.

Empat Penyebab Anak Malas Belajar


Berbagai upaya sudah dilakukan agar anak semangat belajar. Tapi, hasilnya justru sebaliknya. Seringkali penyebabnya muncul dari orangtua.

Memahami anak sebagai individu yang sedang menjalani tahapan-tahapan dalam masa pertumbuhannya, diperlukan kesabaran ekstra. Demikian pula ketika mendapati anak yang telah memasuki usia sekolah begitu malas belajar. Mengandalkan guru untuk menyelesaikan masalah? Tentu tak bisa begitu.

Apalagi bila kita menyadari bahwa anak sesungguhnya memulai pendidikannya dari rumah. Sehingga, peran orangtua untuk membantu secara langsung kesulitan yang dialami anak merupakan hal yang sangat penting. Mencari penyebabnya adalah langkah awal untuk menerapkan solusi yang tepat.

Robert D. Carpenter MD adalah seorang peneliti yang pernah mengadakan pengamatan terhadap perkembangan belajar murid sekolah dasar di California, Amerika Serikat. Dalam pengamatannya ditemukan adanya penyebab mengapa anak-anak kerap mengalami masalah dalam belajar yang cenderung membuat mereka jadi malas. Berikut ini empat penyebab yang kerap terjadi dan menyebabkan anak malas belajar.

1. Komunikasi tidak efektif

Ingat, target kita berkomunikasi adalah memastikan bahwa ‘pesan’ yang ingin kita sampaikan kepada penerima pesan (anak) diterima dengan benar. Tentu orangtua ingin agar anak mengerti, menyukai dan melakukan apa-apa yang dipikirkan orangtua. Komunikasi yang efektif juga bisa mengungkapkan kehangatan dan kasih sayang orangtua, misalnya, “Ayah bangga sekali, kamu sudah berusaha keras belajar di semester ini.”

Coba ingat-ingat bagaimana pola komunikasi yang kita bangun selama ini. Sudahkah anak-anak menangkap pesan yang kita sampaikan sesuai dengan yang kita maksud?


Seringkali orangtua lupa menyampaikan ‘isi’ dari pesannya, tapi lebih banyak merembet pada hal-hal yang sebenarnya di luar maksud utamanya. Misal, nilai ulangan harian anak di bawah rata-rata teman sekelasnya. Tanpa bertanya terlebih dulu kepada anak kenapa nilainya jelek, Ibu langsung komentar, “Itulah akibatnya kalau kamu nggak nurut Ibu. Main melulu sih. Ibu tuh dulu waktu sekolah nggak pernah dapat nilai 6. Kamu kok nilainya jelek begini. Gimana sih?” Apa inti pesan yang disampaikan Ibu? Anak salah karena nilainya jelek dan semakin salah karena Ibu selalu membandingkan anak dengan keadaan Ibunya sewaktu sekolah. Akibatnya, anak akan berpendapat, “Ah, nggak ada gunanya bilang ke Ibu kalau nilai jelek. Nanti pasti dimarahin.”

Padahal, mengetahui nilai anak yang di bawah rata-rata buat orangtua sangat penting untuk mengevaluasi penyebabnya. “Wah, nilai anak saya untuk mata pelajaran matematika kenapa selalu jelek ya? Apa yang perlu dibantu?” Sederet pertanyaan itu bisa terjawab bila kita berkomunikasi secara efektif, bukan menyalah-nyalahkan anak. Bila penyebab bisa segera diketahui, maka orangtua bisa mencari solusinya dan melakukan perbaikan.
Komunikasi yang tidak efektif yang berjalan selama bertahun-tahun, pastinya akan berdampak negatif pada pembentukan karakter anak. Padahal, salah satu fungsi komunikasi adalah untuk mengenal diri sendiri dan orang lain. Bisa dipastikan pola seperti itu akan membuat anak bingung dalam mengenali dirinya sendiri dan orangtuanya. ‘Apa sih sebenarnya maunya Ayah/Ibu?’ Kebingungan ini mengakibatkan dalam diri anak tidak tumbuh motivasi kuat untuk berprestasi, toh mereka tak tahu apa gunanya mereka belajar.

2. Tak terbantahkan

Pokoknya kamu harus ranking satu. Dulu, ayah sekolah jalan kaki, tapi selalu ranking satu. Kenapa kamu nggak bisa?’ Menekankan dengan kalimat, ‘pokoknya’, ‘seharusnya’, dan kata sejenis lainnya menunjukkan tidak adanya celah untuk pilihan lain.

Orangtua yang tak terbantahkan membuat anak sulit mengemukakan pendapatnya. Bahkan, sulit mengetahui potensi dirinya sendiri, apalagi mengoptimalkan potensinya. Kecenderungan tak terbantahkan ini kalau berlanjut terus bisa menjurus pada upaya memaksakan kehendak orangtua pada anak. Misalnya, “Nanti kamu harus jadi dokter.!” Kalaupun akhirnya anak mengikuti kehendak orangtuanya kuliah di fakultas kedokteran, ia akan menjalaninya dengan setengah hati. Bisa jadi, hanya setahun dijalani, selanjutnya keluar karena bertentangan dengan keinginannya. Tentu kita tak ingin ini terjadi bukan?

3. Target tidak pas

Target yang tidak pas, bisa terlalu rendah atau terlalu tinggi dari kemampuannya. Jangan sampai memaksakan begitu banyak kegiatan pada seorang anak sehingga mereka jadi jenuh dan terlalu lelah. Akibat overaktivitas, banyak anak yang kemudian mulai meninggalkan belajar sebagai kegiatan yang seharusnya paling utama.

Di sinilah peranan orangtua sangat penting, jangan sampai terlalu memaksa anak dengan harapan agar mereka dapat menuai prestasi sebanyak-banyaknya. Mereka didaftarkan pada berbagai macam kursus atau les privat tanpa mengetahui bahwa batas IQ seorang anak tidak memungkinkannya menerima berbagai macam kegiatan yang disodorkan oleh orangtua.

Namun, sebaliknya bagi anak yang memiliki IQ tinggi, juga perlu penanganan khusus, karena mereka tidak cukup dengan target regular untuk anak lainnya. Mereka membutuhkan tantangan lebih supaya potensinya teroptimalkan. Untuk mengetahui potensi ini, orangtua perlu bantuan psikolog.

4. Aturan dan hukuman yang tidak mendidik

Terlalu ketat dalam rutinitas harian bisa menyebabkan akhirnya anak malas belajar. Namun, sebaliknya tanpa membuat rutinitas harian anak tidak terbiasa memiliki jadwal belajar yang harus dipatuhinya. Jalan tengahnya, rutinitas tidak bisa ditetapkan secara sepihak oleh orangtua, namun dibangun bersama-sama.

Membuat aturan juga harus diikuti dengan konsekuensi. Jadi, anak dapat mengerti apa hubungannya antara kepatuhan menjalani aturan dengan konsekuensinya, bukan sekadar hukuman yang tidak mendidik, seperti hukuman cubitan bila dapat nilai jelek

Bagi anak usia SD ke atas, orangtua perlu mendiskusikannya dengan anak. Aturan tersebut ditandatangani dan dipasang di dekat meja belajar.


Misalnya :
1) Belajar sehabis shalat Maghrib sampai Isya;
2) Boleh nonton Avatar pada minggu pagi;
3) Main PS paling lama 2 jam di hari libur;
4) dan seterusnya.

Jangan bosan juga untuk meng-up date kesepakatan dan mengingatkan kalau ada yang melanggar. Ingatkan juga akan konsekuensinya, misalnya “Belajar yuk! Kemarin kita sepakat kan kalau nggak belajar, gimana hayo?”

Biarkan anak menjawab konsekuensinya. Jika aturan itu sudah dibuat bersama, pasti anak ingat akan konsekwensinya. Harapannya, kesadaran untuk belajar akan tumbuh dari dalam diri anak, bukan dipaksakan orangtua. Tidak ada lagi hukuman yang tidak mendidik, karena hukuman akan membuat anak berpikir “Ugh, belajar sangat tidak menyenangkan!”

Mewaspadai empat hal tersebut penting untuk mencegah kemalasan anak semakin parah. Yuk, bantu anak-anak kita agar rajin dan senang belajar.






Setiap anak terlahir dalam karakteristik berbeda, pendidikan terbaik diberikan kepada anak adalah pendidikan yang sesuai dengan karakteristik yang melekat pada anak.

Sifat Anak menurut Kedudukan dalam Keluarga

Secara umum perkembangan psikologis anak akan terbentuk dari lingkungannya. Lingkungan terdekat anak tidak lain adalah keluarganya sendiri, sehingga posisinya dan peran seorang anak dalam keluarga akan sangat mempengaruhi sikap dan perkembangan perilakunya.

Pada Postingan Kali ini saya sedikit mengeksplanasikan tentang beberapa ciri-ciri sikap seorang anak yang terbentuk karena kedudukan dalam keluarga. 

Namun, sebelum lebih jauh kita bahas tentang sifat anak yang terbentuk karena kedudukannya dalam keluarga, perlu kami ingatkan bahwa kriteria yang disebutkan bukan merupakan ciri final karena sikap dan perkembangan seseorang tetap dipengaruhi faktor-faktor lain seperti agama, pendidikan, kebudayaan, masa lalu, dan lain sebagainya. 

Sifat-sifat anak berdasarkan kedudukan dalam keluarga keluarga adalah antara lain :
1. Anak Tunggal : Pemain Tunggal Penuh Potensi yang Kesepian


Aku adalah anak semata wayang yg terkungkung oleh kasih sayang orang tua. 
Aku ingin meloncat tinggi, bebas melihat dunia.

Anak tunggal menjadi cepat matang dibandingkan anak lain sebayanya, karena dengan perhatian penuh orang tua, ia tumbuh lebih percaya diri, berbicara lebih jelas, tegas dan selalu menonjol. Anak tunggal biasanya mempunyai sikap yang lebih mendominasi dalam lingkungan sosialnya, karena secara psikologis dia terbiasa hidup dalam kecukupan dan perhatian penuh dari kedua orang tua, bahkan anggota keluarga sekunder lain, seperti kakek atau nenek.

Anak tunggal bisa merupakan gabungan potensi anak Pertama dan anak Bungsu dalam satu orang, tapi juga memiliki gabungan kelemahan keduannya. Contohnya, dia mampu memimpin dalam kelompok sosial dalam sikap kepemimpinan yang elegan seperti anak Sulung tapi  dalam beberapa aspek sering seperti anak Bungsu yang merasa ingin dipahami orang lain dari pada memahami orang lain, padahal pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu mengerti dan memahami anggotanya.

Ciri khusus:
Sebagai teman : Emosional, Perhatian
Ungkapan  : ”Kau tahulah…”
Bentuk responsif : “Entah bagaimana dengan anda, tetapi…”
Perasaan buruk Frustasi
Kelebihan  : Pengorganisasian
Kelemahan : Terlalu mengacu pada pendapat orang lain tentang dirinya
Selera humor : Sindiran tajam, bermotif negatif
Sikap menjalani sesuatu : Santai, merasa semua orang taat peraturan
Karir : Bisnismen, Pendidikan, Event Oorganizer

2. Anak Sulung : Pemimpin alami yg penuh tanggung jawab

Aku adalah pemimpin alami tumpuan harapan keluarga. 
Akan kubuktikan bahwa aku bukan hanya sekedar pewaris tahta.”

Anak sulung memiliki keinginan kuat untuk maju, suka bekerja keras, dan memasang tujuan serta target yg tinggi. Mereka adalah sosok pemimpin yg elegan. Dalam beberapa kasus, anak sulung sering merasa terbebani sebuah tanggung jawab besar dalam masa depan keluarga, sehingga kebanyakan dari mereka bersikap patriotik dan selalu ingin menjadi inspirasi bagi adik-adiknya.

Anak Sulung sering merasa kurang kasih sayang dari pada Saudaranya yang lain, karena merasa hak-haknya sebagai anak diberikan lebih sedikit dari pada hak-hak yang diberikan pada saudaranya yang lain. Kondisi seperti ini membentuk sikapnya lebih bisa mengerti keadaan, mengalah dan toleran namun sering egois karena otoritasnya sebagai kakak yang paling senior.


Terbiasa dididik menjadi pemimpin membuat anak sulung biasanya punya karakter mandiri, bijak dan disegani oleh adik-adiknya. Tidak heran, kalau mereka sering jadi tempat bertanya, jago memecahkan masalah, dan solutif dalam segala situasi. Sikap Dominan anak Sulung akan mengarahkan dia akan sangat selektif dalam bergaul, sehingga akan kurang suka dengan orang-orang yang memiliki sikap yang kurang dewasa.

Ciri khusus : 
Sebagai teman : Berkompromi, Melayani.
Ungkapan  : “Aku tak tahu
Bentuk responsive : “Mungkin kau tak setuju, tetapi…”
Perasaan buruk Perasaan berdosa
Kelebihan  : Penentuan sasaran, kompromi, dan kepemimpinan
Kelemahan : Mengacu pada pikiran, perasaan dan keinginan diri sendiri
Selera humor : Mengejutkan, Di luar batas
Sikap menjalani sesuatu : Optimalisasi, Ceroboh
Karir : Industri, Riset, Politik, Pembicara, Penulis

3. Anak tengah : Berjuang untuk Bertahan

“Aku adalah pemberontak militan yg berjuang untuk mendapatkan pengakuan. 
Aku harus lebih tekun membuktikan diriku sebagai yg terbaik.”

Lahir setelah anak sulung dan masih punya adik di bawahnya. Para pakar mengatakan bahwa anak tengah adalah sebuah misteri, ”Yang tengah adalah yg paling sulit untuk didefinisikan, apalagi digambarkan dalam ugkapan yg tepat dalam cara apapun.”. Anak yang terlahir dalam posisi terjepit, menjadikan dia sebagai moderator alami dalam lingkungan. Dialah anak yang biasanya mampu memediasi antara sikap otoritas anak Sulung atau sikap manja si Bungsu. Anak Tengah memiliki kecenderungan untuk mendengarkan semua pihak, sehingga potensi ini memudahkan sikap moderat anak tengah.

Anak yang lahir di tengah biasanya anak yang selalu berjuang dalam mendapatkan pengakuan, terutama sekali dari kedua orang tuanya, karena secara umum potensi-potensi anak tengah selalu tertutupi dengan otoritas anak Sulung yang dibanggakan dalam keluarga, dalam hal mendapatkan kasih sayang sering harus dikalahkan oleh kepentingan si Bungsu. 

Analogi dari anak Tengah adalah, 
"Ketika Satu Keluarga Berjalan-jalan Terdapat Orang tua, Si SulungTengah dan Bungsu
Si Sulung Berjalan di depan membuka dan mencarikan jalan untuk orang tuanya. Dia selalu dibanggakan orang tuanya kepada orang lain yang lewati. Dia dibebaskan untuk berjalan, berlari-lari, hampir tanpa perhatian seksama dari Kedua Orang Tua. 
Si Bungsu selalu digendong Orang tuanya. Dia selalu dilindungi dari segala macam marabahaya, selalu mendapat prioritas ketika meminta sesuatu diperjalanan, diutamakan dulu dalam mendapatkan sesuatu, dia selalu membuat orang tuanya tertawa dengan tingkah lucunya. 
Si Tengah sering merasa terjebak dalam keadaan ini, jika dia akan mengikuti si Sulung berlari-lari di depan, maka dia hanya akan menjadi orang ke dua dari Kakaknya, jika dia tetap berada di samping orang tuanya, maka dia hanya akan mendapatkan sedikit perhatian, karena perhatian orang tuanya terfokus pada si Bontot."

Ciri khusus :
Sebagai teman : Memberi saran dan kritik yg Membangun
Ungkapan  : “ Kau harus…..”
Bentuk responsive : “ Mungkin ini belum sempurna, tetapi….”
Kelebihan  : Disiplin diri, Kejujuran dan Tekad bulat
Kelemahan : Terlalu peduli dan Takut menyinggung perasaan orang lain
Selera humor : Hambar... >.<
Sikap menjalani sesuatu : Merasa orang lain tidak ikut peraturan
Karir : Pengacara, Negosiator, Wirausaha


4. Anak Bungsu : Tokoh Populer yg Penuh Kejutan

“ Aku adalah si bontot, adik kecil yg selalu diremehkan. 
Aku akan mengukir dunia untuk membuat kejutan yg membuat mereka mengagumiku.”

Pada dasarnya dia adalah maskot keluarga yg lucu, tidak rumit, cenderung ramah. Tapi sering diremehkan sehingga jadi pemberontak yg emosional, ceroboh dan tidak sabaran. “Hidup tidak terelakkan berada dalam bayangan dari mereka yg lahir sebelumnya”.


Menjadi anggota termuda dalam keluarga, membuat si bungsu dapat perhatian lebih dari sekitarnya. Sadar dengan hal ini, si bungsu bisa jadi sosok yang ceria, menyenangkan dan ditunggu-tunggu kehadirannya, untuk meramaikan suasana rumah. Banjir perhatian dari sekitar bisa jadi bumerang kalau si bungsu tidak bisa mengelolanya dengan baik. Ia bisa berkembang jadi sosok yang manja, haus perhatian, bahkan tergantung sama orang lain.

Bungsu adalah interainer alam, sang Penghibur di keluarga, konklusi dan paling diremehkan. Anak Bungsu sering dianggap paling lemah dalam keluarga dan ini yang membuatnya menjadi selalu paling menang dalam mendapatkan sesuatu, terutama dari orang tuanya. 

Ciri Khusus :
Sebagai teman : Mengambil inisiatif
Ungkapan  : “Berupayalah lebih keras”
Kelebihan  : Berpikir, pengertian, pekerja yg rajin
Kelemahan : Mudah percaya pada orang lain
Selera humor : Menyinggung perasaan
Sikap menjalani sesuatu : Perlahan sambil menikmati pemandangan lingkungan sekitar
Karir : bisnis hiburan, komedian, jurnalis, pelatih, guru






Diolah dari berbagai Sumber.

10 Cara Mengasah Daya Ingat Sang Anak

Kemampuan memori tiap anak berbeda-beda dan tidak semata-mata ditentukan oleh faktor genetika saja. Daya Ingat  juga ditentukan oleh rangsangan (stimulasi) dan pembentukan yang dimulai sejak dini.

Peran orangtua sangat penting dalam proses pembentukannya. Sehingga, para orang tua harus sangat memperhatikan pola asuh dan metode-metode khusus untuk memperkuat daya ingat anak.

Beberapa trik yang mampu membantu mempertajam daya ingat anak, antara lain :





1. Perhatikan asupan gizi :


Daya ingat merupakan bagian dari kognitif anak dan dipengaruhi oleh faktor fisiologis (fisik) dan lingkungan. Orangtua harus memerhatikan asupan makanan – berkaitan dengan perkembangan otak dan organ tubuh lainnya - mulai janin masih dalam kandungan hingga lahir. Jika dalam kandungan sudah bermasalah, maka akan memengaruhi perkembangan janin, khususnya otak.
Cukupkanlah asupan gizi, vitamin, asam folat untuk merangsang otak anak yang akhirnya akan memengaruhi daya ingatnya. Jika gizi tak terpenuhi – zat besi misalnya – anak akan mudah mengantuk. Akibatnya dia tidak optimal saat menerima atau mengingat informasi.

2. Cukup oksigen :
Kebutuhan oksigen juga penting.
Jika suplai oksigen terpenuhi maka sirkulasi darah akan lancar mengingat si balita lebih banyak beraktivitas di luar ruangan, sehingga akan mendukung proses kognitifnya. Kemampuan memori anak pun meningkat.



3. Mengingat sambil menyanyi : 

Banyak cara dapat dilakukan untuk meningkatkan daya ingat dan mengasah ketajaman berpikir anak.

Salah satunya belajar sambil bernyanyi. Hal-hal sederhana pun mampu memberikan rangsangan pada ketajaman memori seperti mengingat warna, huruf, angka, lewat lagu.


4. Mengingat dengan benda : 

Bagian kognitif anak masih dalam proses perkembangan, oleh karena itu dalam mengajak anak mengingat sesuatu harus menggunakan suatu hal (media) yang konkret.

Anak akan lebih mudah mengerti menggunakan alat peraga daripada hanya dengan kata-kata. Misalnya dalam mengenalkan bentuk, warna atau simbol-simbol visual.

5. Menghafal lewat dongeng : 

Bacakan si kecil buku cerita sebelum tidur. Setelah selesai, ajaklah si kecil untuk kembali mengingat jalan cerita cerita tadi, seperti nama tokoh, nama tempat dan seterusnya.

Dengan melakukan pengulangan, lama-lama anak akan terbiasa mendengarkan dan merekamnya dalam memori mereka. Selain buku cerita bisa juga meggunakan boneka tangan, gambar-gambar yang bisa diganti-ganti atau improvisasi orangtua.



6. Meniru gerakan : 

Kegiatan fisik pada usia balita sangat diperlukan untuk mengembangkan sensor motorik dan sebagai salah satu cara untuk mengeksplorasi lingkungan. Hal ini pun bisa dimanfaatkan untuk sekaligus memberi rangsangan kemampuan mengingat pada anak.
Caranya, ajaklah dia menirukan gerakan moms. Misal, loncat, berlari. Bila anak berhasil, lanjutkan ke tahap yang lebih sulit dengan lebih banyak gerakan. Alhasil, anak akan terbiasa untuk mengingat sesuatu yang diterimanya dengan cepat dan mampu untuk ‘memanggil’ ingatannya kembali.

7. Mengasosiasikan bentuk :

Jika anda ingin mengenalkan berbagai jenis angka pada si kecil, asosiasikan menggunakan bentuk benda tertentu dengan harapan anak akan mudah mengingatnya.

Contoh, angka 2 diibaratkan seperti bentuk bebek, angka 4 seperti bangku terbalik.

8. Mainan berprosedur : 

Jika ingin mengenalkan mainan, pilihlah mainan yang cocok untuk merangsang daya ingat anak.
Kenalkan mainan yang memiliki prosedur misalnya; ular tangga, monopoli, dan sebagainya.

Jadi tekankan pada prosedurnya, apa yang harus dilakukan pada tahap pertama, lalu kemana dan apa selanjutnya, ada pengulangan bertahap. Maka anak akan mengingat pengulangan tersebut.



9. Mengingat lewat gambar, suara, dan gerakan : 
Ada beberapa tipe belajar bagi anak-anak, melalui visual (gambar), auditif (lagu/suara), atau kinestetik (gerakan/alat peraga). Ini yang harus diperhatikan! Bagi anak dengan tipe belajar secara visual, dia akan lebih tertarik dengan sesuatu yang ada bentuknya (gambar) – melihat langsung.
Misal, jika ingin bercerita tentang pohon, tidak hanya menggunakan kata-kata, namun juga harus ada gambar.


Untuk anak dengan tipe belajar secara auditori atau kinestetik, dia akan mudah mengingat sesuatu melalui suara atau gerakan. Misalnya dalam cerita ada gerakan berlari-lari, ajak anak ikut berlari-lari. Bagi anak yang mudah belajar dengan gerakan, bagian ketika dia berlari-lari, itu akan membuka kunci memorinya. Nah, lewat dongeng, biasanya ada kombinasi antara visual, auditif, dan kinestetik saat anak menceritakan kembali.


10. Konsep mind mapping : 

Konsep memetakan pikiran ini dapat orang tua ajarkan ketika anak sudah mulai mengenal bentuk, warna, simbol-simbol visual.
Cara ini tak harus menggunakan kata-kata, melainkan menggunakan gambar-gambar.
Misal, mengenalkan konsep rumah. Di rumah itu biasanya ada lemari, pintu, meja, kursi, jendela. Lalu di halaman rumah, ada pohon, rumput, atau bunga. Semua itu harus dijabarkan dalam bentuk gambar.

Benda lain yang dapat anda ajarkan dengan metode ini misalnya bagian tubuh manusia atau mobil. Dengan begitu, daya ingat si kecil sudah dilatih sejak dini dan dapat membantu proses belajar saat dia bersekolah di SD di mana dia tidak harus menghafal. 

Tentang ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) , Anak dengan Hiperaktif dan Penyimpangan Perilaku

Pengertian :
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah. "Gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan". Hal ini ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah suka meletup-letup, aktifitas berlebihan, dan suka membuat keributan.


Epidemiologi
Angka kejadian ADHD di seluruh dunia diperkirakan mencapai hingga lebih dari 5 %. Dimana dilaporkan lebih banyak terdapat pada laki-laki dibandingkan dengan wanita. Di amerika penelitian menunjukan kejadian ADHD mencapai hingga 7 %.

Patogenesis
Beberapa penelitian belum dapat menyimpulkan penyebab pasti dari ADHD. Seperti halnya dengan gangguan perkembangan lainnya :

1. Faktor lingkungan/psikososial
a. Konflik keluarga.
b. Sosial ekonomi keluarga yang tidak memadai.
c. Jumlah keluarga yang terlalu besar.
d. Orang tua terkena kasus kriminal.
e. Orang tua dengan gangguan jiwa (psikopat).
f. Anak yang diasuh di penitipan anak.
g. Riwayat kehamilan dengan eklampsia, perdarahan antepartumfetal distress, bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, ibu merokok saat hamil, dan alkohol.
2. Faktor genetik
Terdapat mutasi gen pengkode neurotransmiter dan reseptor dopamin (D2 dan D4) pada kromosom 11p.

3. Gangguan otak dan metabolisme
a. Trauma lahir atau hipoksia yang berdampak injury pada lobus frontalis di otak.
b. Pengurangan volume serebrum.
c. Gangguan fungsi astrosit dalam pembentukan dan penyediaan laktat serta gangguan fungsi oligodendrosit.

Beberapa teori yang sering dikemukakan adalah hubungan antara neurotransmiter dopamin dan epinefrina. Teori faktor genetik, beberapa penelitian dilakukan bahwa pada keluarga penderita, selalu disertai dengan penyakit yang sama setidaknya satu orang dalam keluarga dekat. 

Orang tua dan saudara penderita ADHD memiliki risiko hingga 2- 8 x terdapat gangguan ADHD. 

Teori lain menyebutkan adanya gangguan disfungsi sirkuit neuron di otak yang dipengaruhi oleh berbagai gangguan neurotransmiter sebagai pengatur gerakan dan kontrol aktifitas diri.

Faktor risiko yang meningkatkan terjadinya ADHD
1. Kurangnya deteksi dini
2. Gangguan pada masa kehamilan (infeksi, genetic, keracunan obat, alkohol, dan rokok, serta stress psikogenik)
3. Gangguan pada masa persalinan (premature, postmatur, hambatan persalinan, induksi, kelainan persalinan)
Gejala Klinis
Gejala yang timbul dapat bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang berat, gejala ADHD sudah dapat dilihat sejak usia bayi, gejala yang harus dicermati adalah :
1. sensitif terhadap suara dan cahaya, menangis, suka menjerit dan sulit tidur. 
2. Waktu tidur yang kurang sehingga bayi seringkali terbangun. 
3. Sulit makan ASI dan minum ASI. 
4. Tidak senang digendong, suka membenturkan kepala dan sering marah berlebihan. 


Keluhan yang terlihat pada anak yang lebih besar adalah :
1. tampak canggung, 
2. sering mengalami kecelakaan, 
3. perilaku berubah-ubah, 
4. gerakan konstan atau monoton, 
5. lebih ribut dibandingkan anak-anak lainnya, 
6. kurang konsentrasi, 
7. tidak bisa diam, 
8. mudah marah, 
9. nafsu makan buruk, 
10. koordinasi mata dan tangan tidak baik, 
11. suka menyakiti diri sendiri 
12. dan gangguan tidur.

Untuk mempermudah diagnosis pada ADHD harus memiliki tiga gejala utama yang nampak pada perilaku seorang anak.
Gejala Utama ADHD

1. Inatensi Kurangnya kemampuan untuk memusatkan perhatian. Seperti,
a. Jarang menyelesaikan perintah sampai tuntas.
b. Mainan, dll sering tertinggal.
c. Sering membuat kesalahan.
d. Mudah beralih perhatian (terutama oleh rangsang suara).
2. Hiperaktif Perilaku yang tidak bisa diam. Seperti,
a. Banyak bicara.
b. Tidak dapat tenang/diam, mempunyai kebutuhan untuk selalu bergerak.
c. Sering membuat gaduh suasana.
d. Selalu memegang apa yang dilihat.
e. Sulit untuk duduk diam.
f. Lebih gelisah dan impulsif dibandingkan dengan mereka yang seusia.
3. Impulsive Kesulitan untuk menunda respon (dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak sabar). Seperti,
a. Sering mengambil mainan teman dengan paksa.
b. Tidak sabaran.
c. Reaktif.
d. Sering bertindak tanpa dipikir dahulu.




Gejala-gejala Lain :
4. Sikap menentang seperti,
a. Sering melanggar peraturan.
b. Bermasalah dengan orang-orang yang memiliki otoritas.
c. Lebih mudah merasa terganggu, mudah marah (dibandingkan dengan mereka yang seusia).



5. Cemas seperti,
a. Banyak mengalami rasa khawatir dan takut.
b. Cenderung emosional.
c. Sangat sensitif terhadap kritikan.
d. Mengalami kecemasan pada situasi yang baru atau yang tidak familiar.
e. Terlihat sangat pemalu dan menarik diri.

6. Problem sosial seperti,
a. Hanya memiliki sedikit teman.
b. Sering memiliki rasa rendah diri dan tidak percaya diri.


Riwayat yang Diduga ADHD


1. Masa baby – infant
- Anak serba sulit
- Menjengkelkan
- Serakah
- Sulit tenang
- Sulit tidur
- Tidak ada nafsu makan

2. Masa prasekolah
- Terlalu aktif
- Keras kepala
- Tidak pernah merasa puas
- Suka menjengkelkan
- Tidak bisa diam
- Sulit beradaptasi dengan lingkungan

3. Usia sekolah
- Sulit berkonsentrasi
- Sulit memfokuskan perhatian
- Impulsif

4. Adolescent
- Tidak dapat tenang
- Sulit untuk berkonsentrasi dan mengingat
- Tidak konsisten dalam sikap dan penampilan

Tatalaksana Penanganan ADHD
Terapi yang diberikan untuk tatalaksana pasien ADHD harus dilaksanakan secara menyeluruh, dimulai dari Edukasi dengan keluarga, terapi perilaku hingga penatalaksanaan dengan obat-obatanfarmasi. Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah :

1. Terapi Obat-obatan
Terapi penunjang terhadap impuls-impuls hiperaktif dan tidak terkendali, biasanya digunakan antidepresan seperti Ritalin, Dexedrine, desoxyn, adderal, cylert,buspar, dan clonidine.

2. Terapi nutrisi dan diet
Keseimbangan diet karbohidrat protein.

3. Terapi biomedis
Suplemen nutrisi, defisiensi mineral, dan gangguan asam amino.

4. Terapi behaviour
Terapi cognitive behaviour untuk membantu anak dengan ADHD untuk beradaptasi skill dan memperbaiki kemampuan untuk memecahkan masalah.