Tampilkan postingan dengan label KLIMATOLOGI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KLIMATOLOGI. Tampilkan semua postingan

ISTILAH DAN PENGERTIAN DALAM PRAKIRAAN MUSIM

wind3000AN
1. Curah hujan (mm) : merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) millimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu millimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.
2. Curah hujan kumulatif (mm) : merupakan jumlah hujan yang terkumpul dalam rentang waktu kumulatif tersebut. Dalam periode musim, rentang waktunya adalah rata-rata panjang musim pada masing-masing Zona Musim (ZOM).
3. Zona Musim (ZOM) : adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan. Daerah-daerah yang pola hujan rata-ratanya tidak memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan
musim hujan, disebut Non ZOM.
Luas suatu wilayah ZOM tidak selalu sama dengan luas suatu wilayah administrasi pemerintahan. Dengan demikian, satu wilayah ZOM bisa terdiri dari beberapa kabupaten, dan sebaliknya satu wilayah kabupaten bisa terdiri dari beberapa ZOM.
4. Permulaan Musim Kemarau, ditetapkan berdasar jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) kurang dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa dasarian berikutnya. Permulaan musim kemarau, bisa terjadi lebih awal (maju), sama, atau lebih lambat (mundur) dari normalnya (rata-rata 1971-2000).
5. Permulaan Musim Hujan, ditetapkan berdasar jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) sama atau lebih dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa dasarian berikutnya. Permulaan musim hujan, bisa terjadi lebih awal (maju), sama, atau lebih lambat (mundur) dari normalnya (rata-rata 1971-2000).
6. Dasarian : adalah rentang waktu selama 10 (sepuluh) hari. Dalam satu bulan dibagi menjadi 3 (tiga) dasarian, yaitu :
a. Dasarian I : tanggal 1 sampai dengan 10.
b. Dasarian II : tanggal 11 sampai dengan 20.
c. Dasarian III : tanggal 21 sampai dengan akhir bulan.
7. Sifat Hujan : merupakan perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang ditetapkan (satu periode musim hujan atau satu periode musim ) dengan jumlah curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1971-2000).
Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) katagori, yaitu :
a. Diatas Normal (AN) : jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rata-ratanya.
b. Normal (N) : jika nilai curah hujan antara 85% -115% terhadap rata-ratanya.
c. Dibawah Normal (BN) : jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rata-ratanya.
8. Rata-rata curah hujan yang digunakan sebagai dasar penentuan curah hujan normal, menggunakan data periode 1971-2000.
Sumber : Buku Prakiraan Musim BMKG

kabut

Kabut adalah titik-titk air yang merupakan hasil kondensasi atau sublimasi dari uap air yang terapung-apung di atmosfer dekat permukaan tanah.melalui proses uap air dalam atmosfer akan berubah wujud menjadi cair atau padat dengan cara berkondensasi menjadi titik-titik air atau bersublimasi menjadi Kristal-kristal es. Titik-titik air dan Kristal-kristal es yang berkumpul,melayang-layang di lapisan atmosfer yang tinggi disebut awan, namun disebut kabut bila melayang-layang di lapisan atmosfer dekat permukaan tanah.
PROSES TERJADINYA KABUT
Untuk menghasilkan kondensasi atau sublimasi di perlukan tingkat kejenuhan udara yang tinggi, di mana kelembaban relatif mendekati atau
sama dengan 100%. Kriteria yang digunakan oleh Badan Meteorologi Klimatologi & Geofisika adalah jika terlihat adalanya partikel-partikel mikroskopis di udara permukaan dengan jarak pandangb(Visibility) mendatar kurang dari 1 Km dan nilai kelembaban Relatif(RH) 98-100%.

Untuk mencapai kejenuhan udara dapat melalui beberapa proses,yaitu:

1. Pendinginan
Peristiwa pendinginan suhu udara yang memungkinkan untuk meningkatkan kejenuhan udara di antaranya di sebabkan karena adanya radiasi di bumi mengalami pedinginan yang berlangsung sepanjang
malam sehingga lapisan udara dekat permukaan tanah akan menjadi lebih dingin dari lapisan udara di atasnya dan dalam keadaan angin yang lemah, pendinginan banyak terjadi pada lapisan udara yang tipis, maka karena lapisan di atasnya lebih panas, mengakibatkan timbulnya suatu inversi permukaan yang juga tipis.

2. Adveksi udara secara horizontal
Terjadi bila udara lembab bergerak di atas permukaan laut atau tanah yang lebih dingin dari suhu udara yang bergerak,maka kejenuhan udara akan naik.

3. Gerakan vertikal udara
Akibat adanya radiasi matahari yang sangat kuat pada permukaan bumi akan mempengaruhi udara di atasnya untuk terjadinya proses konveksi. Dengan adanya kenaikan udara akan terjadi pendinginan udara secara adiabatis, sehingga menaikkan kejenuhan udara di atmmosfer.

4. Penambahan uap air
Penguapan terjadi dari permukaan yang panas atau dari permukaan yang dingin. Jika air suhu cairan(liquid water) lebih tinggi dari suhu udara, maka penguapan akan berlangsung terus hingga mencapai keseimbangan sehingga tekanan uap jenuh pada suhu titik embun (ed) sama dengan tekanan uap jenuh pada suhu cair cairan (℮s) yang ini lebih besar dari tekanan uap jenuh pada suhu udara (℮a) kemudian uap air berkurang karena berkondensasi pada inti kondensasi dan kabut terbentuk bila es>ea sedangkan penguapan berhenti pada saat ℮d = ℮s < ℮a. Pada kondensasi ini atmosfer akan di tambah oleh penguapan butir-butir hujan panas yang jatuh melalui udara yang dingin sehingga menghasilkan kabut.
JENIS-JENIS KABUT (Berdasarkan Prosesnya)

a) Kabut Radiasi
Terjadi bila udara lembab bersinggungan dengan permukaan tanah yang lebih dingin akibat radiasi bumi pada malam hari, sehingga timbul inversi suhu di lapisan dekat permukaan tanah. Kedalaman inverse tergantung pada besarnya turbuensi. Pada keadaan angin tenang (calm) percampuran turbulensi praktis sama dengan nol, dan pendinginan yang sangat kuat dibawah lapisan inversi yang sangat dangkal atau hanya beberapa cm di atas permukaan tanah, mungkin hanya menghasilkan embun (dew) atau bukan embun beku (frost). Kondisi udara pada malam hari yang sangat menguntungkan untuk terbentuknya kabut:
1. anginnya lemah
2. langit cerah atau sedikit berawan
3. Rh yang relatif tinggi (80-100 %)
4. kondisi tanah serta lingkungan basah.

b) Kabut Adveksi
Terjadi akibat adanya gerakan udara yang panas dan lembab keatas permukaan yang ingin. Udara akan didinginkan dari bawah dan inverse permukaan terbentuk pendindinan lebih lanjut di lapisan inversi akan menurunkan suhu udara sampai di bawah titik embun, sehingga proses-proses kondensasi akan menghasilkan kabut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kabut adveksi:
a. udara yang bergerak panas dan lembab
b. terdapat perbedaan suhu yang mencolok antara udara yang bergerak dengan permukaan sehingga terbentuk inverse di permukaan.
c. Kecepatan angina sedang (8-12 knot) agar perbedaan suhu dapat di pertahaankan dan percampuran turbulensi tidak cukup kuat mengangkat kabut.
c) Kabut Uap (steam fog) kabut uap
Terjadi karena adanya penguapan yang kuat dari permukaan air panas yang bercampur kedalam udara yang lebih dingin dan akan mengakibatkan terjadinya kondensasi yang lebih cepat terhadap uap air tersebut. Selanjutnya uap jenuh tersebut akan mengisi udara dibawah lapisan inversi sebagai uap. Karena proses ini mengakibatkan pemanasan yang kuat serta penambahan uap kondensasi dari bawah, maka inversi yang kuat harus terbentuk beberapa jauh diatas permukaan. Untuk mencegah patikel-partikel kabut agar tidak menghambur kedalam udara yang lebih kering lagi kaut ini seperti bentuk awan-awan cumulus saja dengan basis di air, dan sering terdapat ruangan yang cerah dibawahnya.

d) Kabut Lereng (up slope fog)
Terjadi jika udara lembab naik secara lambat sepanjang lereng pegunungan sehingga akan mengalami pendinginan secara adiatik. Pada ketiggian tertentu udara yang dingin tersebut akan mengkondensasi sehingga terbentuk kabut. Jika naiknya udara lembab tersebut terlalu cepat akan terjadi turbulensi konvektif, yang menyebabkan terjadinya kondensasi pada lapisan yang lebih tinggi, sehingga akan terbentuk awan stratus.
e) Barometrik Fog (kabut tekanan)
Terjadi jika distribusi tekanan suhu diatas mengalami perubahan yaitu suatu lapisan udara lembab pada permukaan mengalami penurunan tekanan barometrik, hasil pendinginan adiabatik dapat menghasilkan kondensasi. Kejadian kabut ini sering terbentuk di lembah – lembah atau basin yang berisi udara tetap.
f) Kabut Percampuran
Terjadi jika udara yang lembab panas bertemu dengan udara lembab yang dingin, maka percampuran di daerah pertemuan dapat menghasilkan penjenuhan dan kondensasi. Jika pencampuran ini terjadi di permukaan tanah dapat menghasilkan mixing fog. Umumnya terjadi di daerah front antara dua massa udara maritime.
Jenis Kabut berdasarkan Visibilitas yang di timbulkan :
JENIS KABUT
Benda tidak terlihat pada jarak (meter)
Kabut Padat
45
Kabut Tebal
180
Kabut Sedang
900
kabut Tipis
1.800
PROSES MENGHILANGNYA KABUT
Proses kondensasi akan menghilang melalui proses pemanasan, termasuk menghilangnya kabut. Semua jenis kabut mempunyai kecenderungan untuk menghilang melalui proses pemanasan yaitu:

1. Pemanasan Harian
Matahari yang memancarkan panasnya ke permukaan bumi, panas radiasinya akan mengalami hambatan karena diserap oleh partikel-partikel kabut, yang akan mengakibatkan menguapnya partikel-partikel kabut tersebut yang lama-kelamaan akan menghilang. Pada kabut yang sangat tebal radiasi matahari akan dipantulkan kembali sehingga akan menghalangi pemanasan tanah, karenanya kabut akan bertahan cukup lama.
2. Transfer panas turbulensi
Dalam pembentukan kabut diperlukan turbulensi, namun jika terlalu kuat melebihi harga imbang intensitas yang diperlukan untuk pembentukan kabut, akan menyebabkan hilangnya kabut. Hal ini terjadi karena turbulensi yang kuat akan menimbulkan percampuran udara vertikal yang lebih tinggi. Akibatnya udara di lapisan bawah inversi akan menjadi panas dan kering sehingga akan menguapkan partikel kabut.
----------------------------------------------------------------------------------------
Sumber :
1. MUKHLIS KURNIAWAN, Tugas Akhir Akademi Meteorologi & Geofisika (2008): Efek Kabut Dan Visibility Terhadap Operasi Penerbangan Di Bandara Sultan Thaha Jambi Tahun 2003.
2. SELVIA TOHATTA, Tugas Akhir Akademi Meteorologi & Geofisika (2008): Pengaruh Suhu Dan Kelembaban Udara Terhadap Pembentukan Kabut Dan Mist Di Ambon Januari – Maret 2004.
3. Buku petunjuk teknis pengamatan meteorologi (BMKG)
4. Sumber lainya.

gejala alam

Pembahasan Gejala Alam Kebumian disusun kedalam 4 bagian pembahasan utama, yaitu:
1. Bumi sebagai Planet
Secara fisik, Bumi dibagi menjadi lapisan Litosfer dan lapisan Astenosfer.
Lapisan Litosfer merupakan lapisan teratas yang meliputi kerak bumi dan bagian atas dari mantel bumi. Litosfer merupakan bagian yang padat, solid tetapi mudah patah. Litosfer bergerak terapung di atas astenosfer.
Astenosfer merupakan lapisan cair yang meliputi mantel bawah dan inti luar bumi. Lapisan ini “lemah” dengan temperatur yang sangat tinggi. Di lapisan ini terjadi arus konveksi yang menggerakkan lempeng-lempeng permukaan bumi.
2. Lithosfer
Tenaga tektonik menghasilkan bentukan patahan dan lipatan. Patahan adalah perubahan posisi batuan akibat bekerjanya gaya endogen pada batas lempeng.
Patahan dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu:
  • Graben (slenk) adalah bentuk patahan yang mengalami pemerosotan ke bawah di antara dua bagian yang tinggi.
  • Horst adalah bentuk patahan yang mengalami pengangkatan ke atas diantara dua bagian yang rendah.
Gempa bumi adalah getaran yang terjadi akibat adanya pergeseran lapisan batuan di dalam bumi. Pusat gempa yang terletak di bawah kerak bumi disebut hiposentrum. Pusat gempa pada titik di permukaan bumi yang terletak tegaklurus di atas hiposentrum disebut episentrum.
Terjadinya gempa bumi memiliki kaitan dengan proses pergeseran lempeng bumi. Lempeng pembentuk lapisan kulit bumi bergerak perlahan sekitar 10-19 cm per tahun. Gerakan lempeng ini ada yang saling menjauh, bergesekan, dan saling bertumbukan, yang kemudian mengakibatkan gempa. 
Sedimentasi adalah proses pengendapan material yang dibawa oleh air, angin atau gletser. Semua material hasil pelapukan yang tererosi akan mengendap di satu tempat sebagai sedimen.
Berdasarkan tempat dan tenaga yang mengendapkannya, proses sedimentasi dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
  • Sedimentasi fluvial
  • Sedimentasi aeris
  • Sedimentasi pantai
Sedimentasi fluvial adalah proses pengendapan materi yang diangkut oleh air sungai dan diendapkan di sepanjang sungai atau muara sungai. Bentang alam hasil sedimentasi fluvial antara lain pulau sungai dan delta.
sedimentasi.jpgPulau sungai merupakan dataran yang terdapat ditengah-tengah badan sungai. Sedangkan delta adalah bentukan hasil endapan lumpur, tanah, pasir dan batuan yang terdapat di muara sungai.
3. Atmosfer
Pemanasan oleh matahari terjadi dengan dua cara, yaitu:
  • Pemanasan langsung, terjadi karena adanya penyerapan sebagian sinar matahari oleh uap air,debu dan zat- zat lain yang ada di udara.
  • Pemanasan tidak langsung, terjadi karena sebagian sinar matahari selain diserap juga dipantulkan ke atmosfer. Sinar matahari yang dipantulkan ini turut memanaskan udara, terutama pada lapisan atmosfer paling bawah.
Angin Fohn (angin jatuh panas) mempunyai ciri angin jatuh yang panas dan kering. Maksud angin jatuh adalah angin yang menuruni lereng gunung setelah sebelumnya bergerak naik ke puncak gunung. Pada saat angin tersebut naik ke puncak gunung, angin tersebut mengalami penurunan suhu dan terjadi pengembunan. Pada saat melewati puncak gunung, angin tersebut telah kering dan turun melewati puncak. Namun, suhu angin tersebut naik ketika bergerak turun menuju lembah. Bahkan, ketika sampai lembah, angin tersebut suhunya lebih tinggi dari suhu udara di lembah tersebut, sehingga orang yang tinggal di lembah akan merasakan adanya aliran angin yang panas dan kering.
Contoh angin Fohn adalah angin Gending di daerah Probolinggo, Jawa Timur. Angin ini berhembus di dataran Probolinggo dari arah tenggara setelah melewati pegunungan Iyang-Argopuro pada waktu musim kemarau. (Movie di atas dikonvert dari animasi flash)
4. Hidrosfer
Hidrosfer adalah semua air yang berada di bumi, baik dalam bentuk cair (air), padat (es dan salju), maupun dalam bentuk gas (uap air). Jumlah air yang berada di bumi tidak berubah, karena air secara terus-menerus mengalami sirkulasi. Sirkulasi air meliputi proses penguapan (evaporasi), hujan (presipitasi) dan pengaliran (flow). Sirkulasi air ini disebut siklus hidrologi.
Secara umum sebaran air di permukaan bumi dibedakan menjadi air permukaan dan air tanah. Air permukaan adalah segala bentuk perairan yang berada di permukaan bumi.
Berdasarkan letaknya dibedakan sebaran air permukaan menjadi dua bagian, yaitu perairan darat dan perairan laut. Perairan darat adalah semua bentuk perairan yang berada di darat, misalnya sungai, danau dan rawa.
sungai-hidrosfer.jpgSungai merupakan alur panjang di daratan yang berfungsi menampung dan mengalirkan air dari mata air atau air hujan menuju ke laut. Profil memanjang sebuah sungai dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian hulu, bagian tengah, dan bagian hilir.

MENGENANG ENAM TAHUN TSUNAMI ACEH

 
i
Rate This
Quantcast

Lokasi Gempa 2004 
Lokasi Gempa 2004
Sebuah gempa bumi besar telah terjadi pada hari Minggu, 26 Desember 2004 di Indonesia. Gempa dengan magnitude lebih dari 9,0 itu terjadi di pantai lepas barat Sumatera Utara seperti yang ditunjukkan pada peta di samping. Gempa ini merupakan gempa terbesar keempat di dunia sejak tahun 1900 dan terbesar sejak tahun 1964 yang terjadi di Prince William Sound, Alaska. Tsunami 2004 telah menyebabkan korban tertinggi dalam sejarah karena berdekatan dengan Kota Besar Banda Aceh. Lebih dari 150.000 orang tewas, lebih dari 25.000 orang hilang dan lebih dari 1.000.000 mengungsi di Asia Selatan dan Afrika Timur. Setidaknya 110.229 orang tewas di Indonesia, 30.922 orang di Sri Lanka, 10.749 di India, 5.303 di Thailand, 150 di Somalia, 81 di Maladewa, 68 di Malaysia, 59 di Myanmar, 10 di Tanzania, 3 di Seychelles, 2 di Bangladesh dan 1 di Kenya.
Peta Persebaran Gempa
Peta di bawah ini menunjukkan lokasi gempa dan beberapa gempa susulan yang terjadi. Gempa tektonik ini terjadi pada batas konvergen dimana lempeng India tersubduksi di bawah Lempeng Burma.
Peta Persebaran Gempa 
Peta Persebaran Gempa
Peta Episenter Gempa
Sebelumnya gempa, Lempeng India bergerak di bawah Lempeng Burma, perlawanan pertemuan dan kekuatan tekanan terakumulasi. Terjadi kerusakan dua plate tektonik yang tiba-tiba terselip dan pecah sepanjang 1.200 Kilometer di dasar laut dengan perpindahan vertikal sekitar 15 Meter. Batas antara plate dan garis pergeseran ditampilkan pada peta di bawah sebagaimana terlihat dalam garis biru.
Peta Episenter Gempa 
Peta Episenter Gempa
Peta Perjalanan Tsunami
Tsunami dihasilkan oleh gempa bumi yang melintasi Samudra Hindia dan menyebabkan kerusakan signifikan. Sebuah rekaman perjalanan model peristiwa ini ditampilkan di bawah ini. Perhatikan bagaimana gelombang melintasi Samudra Hindia dan mencapai India dalam waktu sekitar dua jam serta mencapai Afrika dalam kurun waktu 6 jam.
Peta Perjalanan Tsunami 
Peta Perjalanan Tsunami
Peta Gelombang Tsunami
Gelombang tsunami dimodelkan di bawah ini yang menunjukkan ketinggian gelombang maksimum yang dicapai ketika mencapai daratan. Garis pantai Sumatra sebagai lokasi terdekat kejadian gempa menerima gelombang lebih dari 10 meter. Daerah jauh seperti Sri Lanka dan Thailand dikejutkan oleh gelombang lebih dari 4 meter. Di sisi lain Somalia dan Seychelles dikejutkan oleh gelombang sekitar 4 meter.
Peta Ketinggian Tsunami 
Peta Ketinggian Tsunami
Walaupun sudah enam tahun berlalu, namun banyak saudara-saudara kita yang kehilangan keluarga dan harta benda belum mendapatkan bantuan rekontruksi yang semestinya. Semoga menjadi perenungan di akhir tahun ini…

LA NINA EXTREME DESEMBER 2010

 
i
Rate This
Quantcast

La Nina
La Nina
El Niño dan La Niña adalah kondisi abnormal iklim di mana suhu permukaan Samudra Pasifik di pantai Barat Ekuador dan Peru lebih tinggi dari rata-rata normalnya. Istilah ini awal mulanya digunakan untuk menamakan arus laut hangat yang terkadang mengalir dari Utara ke Selatan antara pelabuhan Paita dan Pacasmayo di daerah Peru yang terjadi pada bulan Desember. Kejadian ini kemudian semakin sering muncul yaitu setiap tiga hingga tujuh tahun serta dapat mempengaruhi iklim dunia selama lebih dari satu tahun.

Nama El Niño diambil dari bahasa Spanyol yang berarti “anak laki-laki”, merujuk pada bayi Yesus (Isa) karena arus ini biasanya muncul selama musim Natal, sedangkan lawannya La Niña memiliki arti “gadis kecil”. El nino terjadi karena pemanasan di ekuator Samudra Pasifik, sedangkan La Niña adalah pendinginan di ekuator Samudra Pasifik.
Menurut Bill Patzert seorang ahli kelautan dan klimatologi di Laboratorium NASA’s Jet Propulsion, pada Bulan Desember ini akan ada peristiwa La Niña terkuat dalam setengah abad terakhir dan kemungkinan akan terus berlanjut hingga musim panas belahan bumi utara. Dampak iklim extreme ini adalah terjadinya hujan lebat dan banjir yang akan merusak tanaman dan membanjiri tambang di Australia dan Asia. Hal ini juga telah mengakibatkan banjir di Amerika Selatan bagian utara dan kondisi kekeringan di Argentina.
Kejadian La Nina Desember 2010
Kejadian La Nina Desember 2010
Sinyal arus dingin La Niña yang kuat digambarkan pada dua gambar di atas. Gambar kiri menunjukkan suhu permukaan laut pada tanggal 15 Desember 2010 yang diukur dengan Advanced Microwave Scanning Radiometer untuk EOS (AMSR-E) pada satelit Aqua milik NASA. Pada bulan Desember 2010, suhu permukaan laut lebih dingin dari rata-rata di Pasifik khatulistiwa.
Gambar di bawah ini menunjukkan beberapa dari cuaca yang tidak biasa. La Niña pada bulan Desember 2010 seperti yang diamati oleh Tropical Rainfall Measuring Mission (TRMM) antara November 23 dan 23 Desember 2010. Gambar menunjukkan curah hujan total dibandingkan dengan curah hujan rata-rata untuk periode tertentu dengan hujan di atas rata-rata berwarna biru dan kurang dari rata-rata berwarna coklat.
Cuaca Extreme November-Desember 2010
Cuaca Extreme November-Desember 2010
Referensi : NASA
Sumber : Budi Setiyarso

Enigeo, Sebuah Software Pembelajaran Geografi Untuk Pengenalan Lokasi Negara-negara di Dunia

Bulan Desember tahun lalu saya menerima majalah komputer edisi Januari hasil berlangganan yang sudah berjalan sekitar 2 tahun. Berhubung pada bulan itu kegiatan lumayan banyak, saya hanya sempat membaca berita utama dan kolomnya Zatni Arbi. Baru beberapa hari yang lalu akhirnya saya membaca edisi tersebut, karena pertengahan bulan Januari kemarin sudah tersusul oleh datangnya edisi bulan Februari jadilah saya membaca edisi itu dulu baru kemudian edisi Januari. Setelah membaca hampir seluruh berita yang ada, kemudian saya beralih ke halaman belakang di bagian katalog DVD yang berisi bonus berbagai macam aplikasi dan data dari majalah. Setelah membaca beberapa katalog free software akhirnya mata saya tertuju ada sebuah software dengan nama Enigeo. Saat sekilas membaca nama software tersebut otak saya langsung mengkaitkan kata geo dengan mata pelajaran yang saya berikan ke siswa, Geography.

Setelah saya baca lebih lanjut ternyata pikiran saya tidak salah. Software bonus yang disertakan dalam DVD majalah ini adalah software yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran geografi. Terutama pembelajaran untuk pengenalan lokas negara-negara di dunia.

Tanpa pikir panjang software tersebut kemudian saya install di laptop dan setelah mencoba saya hanya bisa mengatakan luar biasa. Mungkin prinsipnya sederhana tapi software ini dapat membuat kita dan anak didik lebih mudah dalam belajar mengenai negara-negara di dunia, meskipun masih sekedar pada lokasinya.

Selain itu pada software ini ada kuis yang bisa digunakan untuk menguji pengetahuan kita mengenai negara-negara di dunia. Beberapa contoh pertanyaan pada kuis ini adalah menunjukkan lokasi negara dengan pertanyaan melalui:
1. Bendera Negara

2. Ibukota negara

Dan  berbagai bentuk pertanyaan yang lain dan juga banyak kuis yang lebih spesifik pada satu negara.
Pendek kata software ini dapat kita jadikan sebagai media pembelajaran alternatif untuk siswa. Software ini dapat anda dowload pada link berikut ini.

Software Enigeo Download

ANOMALI CUACA
"Ekor" Badai Perburuk Cuaca di Indonesia
Kamis, 30 Desember 2010, Kompas
AP Photo/Nati Harnik
Belasan kendaraan tetap jalan meski dalam kondisi badai salju di Dodge Street di Omaha, Nebraska, Amerika Serikat, Kamis (24/12). Badai salju yang menerpa sebagian besar Amerika Serikat hari itu membuat Natal kali ini benar-benar sebuah Natal yang putih.
Oleh YUNI IKAWATI
KOMPAS.com - Menghangatnya suhu muka laut di Indonesia sejak April lalu mengakibatkan akumulasi energi di atmosfer wilayah ini. Anomali itu menimbulkan angin kencang dan hujan lebat disertai petir yang terpicu oleh bibit badai tropis di utara Australia. Ancaman ini berpotensi muncul hingga akhir Januari 2011.
Dalam kondisi normal, pemanasan matahari di perairan tropis akan menghasilkan uap air yang kemudian oleh sistem cuaca global berupa sirkulasi kolom udara Sirkulasi Hadley akan terdistribusi ke wilayah subtropis pada kawasan antara 30 dan 60 derajat Lintang Utara dan Selatan. Oleh Sirkulasi Ferrel selanjutnya diteruskan ke kawasan kutub masuk ke sirkulasi polar.
Mengikuti garis edar matahari itu yang bergerak naik turun ke utara-selatan khatulistiwa, terjadi ”sabuk hujan”. Pada Desember di belahan bumi utara mengalami musim dingin. Sedangkan Juni berlangsung musim panas. Kondisi sebaliknya terjadi di belahan bumi selatan.
Namun, kondisi yang terjadi sejak hampir setahun ini menyimpang dari pola normalnya. Menghangatnya suhu muka laut di hampir seluruh wilayah Indonesia—antara 2 dan 5 derajat celsius di atas normal—sejak April menyebabkan tidak terjadinya distribusi uap air.
”Akumulasi uap air terkonsentrasi di wilayah Indonesia saja. Sedangkan daerah di sekelilingnya kering,” ujar Edvin Aldrian, Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Hal ini ditunjukkan oleh pantauan satelit cuaca pada beberapa hari terakhir. ”Tampak penumpukan awan hujan di Indonesia. Sedangkan di Australia dan Asia Timur nyaris tak berawan. Ini mengakibatkan kawasan tersebut mengalami kekeringan,” ujarnya.
Akumulasi energi ini tentunya menimbulkan dampak negatif juga bagi Indonesia, yaitu terjadinya musim hujan dengan curah hujan di atas normal. Gangguan cuaca ini kian besar hingga puncak hujan pada musim ini, yaitu Desember hingga Februari mendatang.
Ancaman itu muncul bersamaan dengan terjadinya badai tropis yang normalnya terbentuk pada bulan-bulan mendatang. ”Bibit badai sudah mulai terlihat sejak November lalu,” ujar Edvin yang juga peneliti iklim dan cuaca di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Meski baru berupa bibit badai, kondisi cuaca ini sudah cukup berpengaruh bagi Indonesia, yaitu timbulnya angin kencang disertai hujan lebat dan petir serta gelombang laut yang tinggi.
Mengapa demikian? Energi yang ”tersimpan” di atmosfer Nusantara ini terlepas meski dipicu gangguan cuaca yang kecil saja, yaitu berupa bibit badai, belum menjadi badai.
Fenomena ini sudah muncul pada Selasa (28/12/2010). Bibit badai yang terbentuk di utara Australia menimbulkan tarikan udara naik di wilayah Jawa karena adanya jajaran pegunungan di kawasan tengah.
Udara naik dari Banten, kemudian mendingin di kawasan pegunungan hingga turun di Jakarta pada sore hari yang udaranya panas. Pertemuan dua masa angin ini menimbulkan angin puting beliung di berbagai wilayah di Ibu Kota sehingga menumbangkan sekitar 70 pepohonan dan menelan dua korban jiwa.
Potensi terbentuknya puting beliung ditandai dengan cuaca yang cerah pada pagi hari. Cuaca yang mendung pada pagi hari akan meredam meluasnya kejadian angin kencang dan puting beliung.
Ancaman akan semakin besar jika musim pembentukan badai tiba. Selama ini karena Indonesia berada di bawah 10 derajat lintang utara dan selatan, siklon atau badai tropis yang terjadi di luar wilayah ini tak memberikan dampak berarti.
Namun, akumulasi energi yang diyakini Edvin akibat bertumpuknya gas-gas rumah kaca sejak pertengahan abad telah mengakibatkan membesarkan gangguan badai bagi Indonesia. Karena badai semakin besar dan berekor semakin panjang.
”Gangguan cuaca pada musim yang basah ini diperkirakan akan berlangsung hingga lewat Tahun Baru nanti,” ujar Edvin.
Perkiraan cuaca BMKG untuk kurun waktu Selasa (28/12/2010) hingga 3 Januari 2011 menyebutkan, tekanan udara di belahan bumi selatan lebih rendah dibandingkan di belahan bumi utara. Potensi tekanan rendah diperkirakan terjadi di barat Australia. Dan, pada akhir periode tekanan rendah akan muncul di Samudra Hindia sebelah selatan Jawa.
Angin di atas wilayah Indonesia sebelah utara khatulistiwa umumnya dari arah utara-timur. Sedangkan di selatan khatulistiwa dari arah barat daya-barat laut, kecepatan angin 5-45 km per jam. Hujan terjadi di sebagian besar Indonesia dan potensi hujan lebat dapat terjadi di Indonesia sebelah selatan khatulistiwa.
Hary Tirto Djatmiko, Kepala Sub-Bidang Informasi BMKG, mengatakan, hujan deras disertai kilat/petir dan angin kencang perlu diwaspadai hingga 3 Januari di berbagai zona prakiraan musim di Indonesia.
Pada 30-31 Desember 2010, ancaman itu berpotensi mengancam Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Sumatera Selatan, semua provinsi di Pulau Jawa, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Tenggara, Maluku Tengah, Papua Barat, dan Papua.
Sedangkan pada 1 hingga 3 Januari 2010, gangguan cuaca mengancam Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Bengkulu, Lampung, semua provinsi di Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Tenggara, Papua Barat, dan Papua.
Sabuk awan
Kondisi memanasnya suhu laut ini ternyata tak hanya terjadi di wilayah Indonesia, tetapi juga di khatulistiwa di belahan bumi lain sehingga terbentuk sabuk awan di sepanjang khatulistiwa.
Kondisi ini mengakibatkan penjalaran gelombang Rossby yang beredar di subtropis—berdampak pada hujan salju ekstrem tertarik ke kawasan selatan. Hal inilah yang menyebabkan entakan udara dingin atau cold surge hingga menimbulkan hujan lebat di Pakistan dan selatan China.
Kondisi serupa berpotensi terjadi di Indonesia jika gelombang Rossby di Siberia tertahan oleh masa udara dari Pasifik, hingga mengarah ke selatan. Sejak November 2006 hingga 2007, BMKG memantau terjadinya cold surge dari Siberia.

NISAN Makam Junghuhn di Lembang, Jawa Barat.
PERKEBUNAN TEH DI MALABAR
SAAT INI: TEH Salah satu perkebunan teh di Malabar diberi nama Perkebunan Pasir Junghuhn, sebagai penghormatan kepada sang naturalis pencinta alam Jawa yang berjasa dalam budi daya kina di Tanah Priangan. Akan tetapi, sekarang hanya tersisa 1-2 batang pohon kina di sekitar lokasi ini.
GUNUNG PATUHA
BUAH KEINGINTAHUAN Pada tahun 1837, Junghuhn mendaki Gunung Patuha di dekat Ciwidey, Jawa Barat. Penduduk setempat melarangnya, karena menganggap tempat itu angker sehingga burung pun enggan terbang di atasnya. Ketika melihat suatu danau kawah kecil di sana, Junghuhn mengetahui bahwa burung-burung itu menghindari aroma belerang yang kuat. Kini Kawah Putih--sebutan atas kawah Patuha--menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Jawa Barat sekalipun di musim penghujan.
TANGKUBAN PERAHU
GUNUNG KESAYANGAN Tangkuban Perahu yang sekarang ramai adalah gunung favorit Junghuhn, yang didakinya berulang-ulang. Ia pernah membangun sebuah pondok di salah satu lokasi dekat kawah untuk didiami selama beberapa waktu. Kepada gunung ini pula ia berpamit diri sebelum mengembuskan napas terakhir.
POHON KINA
TERBENGKALAI Pohon-pohon kina tua di Cagar Alam Junghuhn, Lembang, yang kini terbengkalai. Karena kurang menyukai pembukaan hutan untuk lahan perkebunan, Junghuhn cenderung menanam kina di bawah naungan pohon-pohon besar lainnya ketika ia memindahkan proyek kina dari Cibodas ke Lembang dan Pangalengan.
GUNUNG GEDE-PANGRANGO Pemandangan dari arah selatan. Junghuhn menentang pembukaan lahan di lereng-lereng gunung ini, yang dimaksudkan sebagai area aklimatisasi bagi tanaman-tanaman produksi asal Eropa dan Mediterania.
PLATO DIENG
SUMBER INSPIRASI Karena penyakit maag dan usus, pada akhir Januari hingga Maret 1840 Junghuhn diizinkan cuti dari dinas sebagai dokter militer. Alih-alih beristirahat, ia menggunakan kesempatan itu untuk kembali ke Plato Dieng dan menelitinya secara menyeluruh. Sejak itulah Junghuhn memiliki gagasan untuk mendirikan sanatorium pegunungan di Jawa bagi pasien orang Eropa.
ELEVASI DAN VEGETASI Tanaman tembakau di Kledung dekat Temanggung, sekitar 1.400 meter di atas permukaan laut. Junghuhn membuat sebuah klasifikasi tumbuhan berdasarkan ketinggian tempat dan suhu udara, yang masih digunakan hingga hari ini sebagai panduan dalam pembudidayaan tanaman. Bagaimanapun, para petani tembakau belakangan ini mengeluhkan curah hujan tinggi pada saat seharusnya musim kemarau. Tanaman tembakau rusak apabila mendapat terlalu banyak air.

Junghuhn

Setelah lebih dari 200 tahun sejak kelahirannya, naturalis kelahiran Jerman Franz Wilhelm Junghuhn masih kerap dibicarakan sebagai orang asing yang paling mengenal--dan begitu mencintai--alam tanah Jawa.

SATWA PENDAKI Spesimen badak jawa di Museum Zoologi, Bogor. Satwa terancam punah ini sekarang hanya terdapat di Taman Nasional Ujung Kulon. Junghuhn berpapasan dengan badak seperti ini dekat puncak Gunung Pangrango, dan mengenali jejaknya dekat puncak Gunung Ciremai. "Kekaguman kita timbul dengan memandang jalan-jalan yang dibuat badak dan mengarah ke puncak tertinggi. Orang melihat jalan setapak ini tidak mungkin tanpa rasa kagum jika orang membayangkan sosok binatang raksasa kaku namun sekaligus merupakan pendaki gunung piawai," tulisnya.

LAHAN PINDAHAN Sejumlah prajurit melakukan rutinitas pagi hari di area perkebunan teh Malabar, Pangalengan. Area ini dipandang oleh Junghuhn, seorang dokter bedah militer yang lebih menyukai ilmu alam, sebagai lokasi yang paling tepat untuk membudidayakan kina. Begitu diserahi tugas untuk memimpin budi daya kina oleh pemerintah kolonial, salah satu langkah pertama yang dilakukannya adalah memindahkan proyek tersebut, dari lokasi semula di Cibodas ke Pangalengan dan Lembang.

SAAT INI: TEH Salah satu perkebunan teh di Malabar diberi nama Perkebunan Pasir Junghuhn, sebagai penghormatan kepada sang naturalis pencinta alam Jawa yang berjasa dalam budi daya kina di Tanah Priangan. Akan tetapi, sekarang hanya tersisa 1-2 batang pohon kina di sekitar lokasi ini.

RUMAH SAKIT Plang penanda rumah sakit di wilayah PTPN VIII.

BUAH KEINGINTAHUAN Pada tahun 1837, Junghuhn mendaki Gunung Patuha di dekat Ciwidey, Jawa Barat. Penduduk setempat melarangnya, karena menganggap tempat itu angker sehingga burung pun enggan terbang di atasnya. Ketika melihat suatu danau kawah kecil di sana, Junghuhn mengetahui bahwa burung-burung itu menghindari aroma belerang yang kuat. Kini Kawah Putih--sebutan atas kawah Patuha--menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Jawa Barat sekalipun di musim penghujan.

GUNUNG KESAYANGAN Tangkuban Perahu yang sekarang ramai adalah gunung favorit Junghuhn, yang didakinya berulang-ulang. Ia pernah membangun sebuah pondok di salah satu lokasi dekat kawah untuk didiami selama beberapa waktu. Kepada gunung ini pula ia berpamit diri sebelum mengembuskan napas terakhir.

NISAN Makam Junghuhn di Lembang, Jawa Barat.

MAKAM JUNGHUHN "Gubuk pada ketinggian 1.300 meter, di atas pegunungan, sangat sunyi, dua mil jaraknya dari tempat permukiman terdekat Bandung," demikian tulis Junghuhn kepada Alexander von Humboldt, sebagai pengantar foto berupa pemandangan rumahnya di Lembang. Di Lembang pula Junghuhn dimakamkan, tempat anak-anak muda kini menggunakan tugu nisannya sebagai tempat bercengkerama selepas senja.

GUNUNG GEDE-PANGRANGO Pemandangan dari arah selatan. Junghuhn menentang pembukaan lahan di lereng-lereng gunung ini, yang dimaksudkan sebagai area aklimatisasi bagi tanaman-tanaman produksi asal Eropa dan Mediterania.

SUMBER INSPIRASI Karena penyakit maag dan usus, pada akhir Januari hingga Maret 1840 Junghuhn diizinkan cuti dari dinas sebagai dokter militer. Alih-alih beristirahat, ia menggunakan kesempatan itu untuk kembali ke Plato Dieng dan menelitinya secara menyeluruh. Sejak itulah Junghuhn memiliki gagasan untuk mendirikan sanatorium pegunungan di Jawa bagi pasien orang Eropa.

"Hanya di ketinggian pegunungan saya dapat bahagia!"--FW Junghuhn; Terugreis van Java naar Europa (perjalanan pulang dari Jawa ke Eropa)

MEREKAM ALAM Candi Bima berdiri menyendiri dan agak jauh dari candi-candi Hindu lainnya yang terletak di Dataran Tinggi Dieng. Junghuhn menggunakannya sebagai latar depan, dengan mengabaikan perspektif yang benar, dalam sketsanya yang berjudul "Plateau Dieng".

ELEVASI DAN VEGETASI Tanaman tembakau di Kledung dekat Temanggung, sekitar 1.400 meter di atas permukaan laut. Junghuhn membuat sebuah klasifikasi tumbuhan berdasarkan ketinggian tempat dan suhu udara, yang masih digunakan hingga hari ini sebagai panduan dalam pembudidayaan tanaman. Bagaimanapun, para petani tembakau belakangan ini mengeluhkan curah hujan tinggi pada saat seharusnya musim kemarau. Tanaman tembakau rusak apabila mendapat terlalu banyak air.

Pola Umum Angin di Indonesia

Di daerah tropis akan terjadi angin dari daerah maksimum subtropis ke daerah minimum equator. Angin ini disebut angin passat timur laut di belahan bumi utara dan angin passat tenggara di belahan bumi selatan. Angin passat banyak membawa uap air karena berhembus di laut lepas. Akan tetapi pada beberapa wilayah dipermukaan bumi angin passat tersebut mengalami perubahan arah akibat pengaruh lingkungan setempat. Di Indonesia yang secara geografis terletak di antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera serta letak matahari yang berubah setiap enam bulan berada di utara dan enam bulan berada di selatan khatulistiwa, maka angin passat tersebut mengalami perubahan menjadi angin muson (angin musim) barat dan angin muson timur( Wyrtki, 1987). Di daerah khatulistiwa Samudera Pasifik, Angin Pasat Tenggara berhembus secara normal sepanjang tahun. Angin Pasat mengakibatkan massa air yang hangat di bagian Timur Samudera Pasifik bergerak menuju perairan Timur Indonesia. Pergerakan massa air tersebut semakin bekurang pada beberapa bagian dari Laut Indonesia. Hal yang sama ditunjukkan pada saat angin berhembus pada daerah khatulistiwa selama periode pancaroba. Hal ini mengakibatkan daerah Kepulauan Indonesia yang terletak antara samudera hindia bagian Timur dengan Samudera Pasifik bagian Barat menyumbangkan tempat penyimpana bahang (heat) terbesar dalam lautan dunia. Di dalam dan sekeliling Indonesia ini didapatkan suhu permukaan laut yang tinggi (>28º C). Suhu yang tinggi tersebut akan mempengaruhi pertukaran bahang dan mengatur interaksi antara atmosfer dan lautanyang akan berakibat beasar tehadap cuaca lokal Kepulauan Indonesia dan dunia. Angin Pasat Tenggara yang muncul terus menerus sepanjang tahun mengakibatkan permukaan laut sepanjang pantai Mindanao- Halmahera- Irian Jaya di Samudera Pasifik bagian Barat lebih tinggi daripada permukaan laut sepanjang pantai Sumatera - Jawa – Sumbawa di Samudera Hindia bagian Timur. Akibat adanya gradien tekanan yang disebakan oleh perbedaan tinggi permukaan laut, sejumlah massa air Samudera Pasifik akan mengalir ke Samudera Hindia (Wyrtki, 1987 ) Pola angin yang sangat berperan di Indonesia adalah Angin Muson, hal ini disebakan karena Indonesia teletak diantara Benua Asia dan Australia diantara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Menurut Wyrtki (1961), keadaan musim di Indonesia terbagi menjadi tiga golongan, yaitu : 1.Musim barat (Desember – April) Pada musim Barat pusat tekanan udara tinggi berekembang diatas benua Asia dan pusat tekanan udara rendah terjadi diatas benua Australia sehingga angin berhembus dari barat laut menuju Tenggara. Di Pulau Jawa angin ini dikenal sebagai Angin Muson Barat Laut. Musim Barat umumnya membawa curah hujan yang tinggi di Pulau Jawa. Angin muson barat berhembus pada bulan Oktober - April, matahari berada di belahan bumi selatan, mengakibatkan belahan bumi selatan khususnya Australia lebih banyak memperoleh pemanasan matahari daripada benua Asia. Akibatnya di Australia bertemperatur tinggi dan tekanan udara rendah (minimum). Sebaliknya di Asia yang mulai ditinggalkan matahari temperaturnya rendah dan tekanan udaranya tinggi (maksimum). Oleh karena itu terjadilah pergerakan angin dari benua Asia ke benua Australia sebagai angin muson barat. Angin ini melewati Samudera Pasifik dan Samudera Indonesia serta Laut Cina Selatan. Karena melewati lautan tentunya banyak membawa uap air dan setelah sampai di kepulauan Indonesia turunlah hujan. Setiap bulan November, Desember, dan Januari Indonesia bagian barat sedang mengalami musim hujan dengan curah hujan yang cukup tinggi. 2. Musim Timur (April - Oktober) Pada musim Timur pusat tekanan udara rendah yang terjadi diatas Benua Asia dan pusat tekanan udara tinggi diatas Benua Australia menyebabkan angin behembu dari Tenggara menuju Barat Laut. Di Pulau Jawa bertiup Angin Muson Tenggara. Selama musim Timur, Pulau Jawa biasanya mengalami kekeringan. Angin muson timur berhembus setiap bulan April - Oktober, ketika matahari mulai bergeser ke belahan bumi utara. Di belahan bumi utara khususnya benua Asia temperaturnya tinggi dan tekanan udara rendah (minimum). Sebaliknya di benua Australia yang telah ditinggalkan matahari, temperaturnya rendah dan tekanan udara tinggi (maksimum). Terjadilah pergerakan angin dari benua Australia ke benua Asia melalui Indonesia sebagai angin muson timur. Angin ini tidak banyak menurunkan hujan, karena hanya melewati laut kecil dan jalur sempit seperti Laut Timor, Laut Arafuru, dan bagian selatan Irian Jaya, serta Kepulauan Nusa Tenggara. Oleh sebab itu, di Indonesia sering menyebutnya sebagai musim kemarau. Di antara kedua musim, yaitu musim penghujan dan kemarau terdapat musim lain yang disebut Musim Pancaroba (Peralihan). Peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau disebut musim kemareng, sedangkan peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan disebut musim labuh. Adapun ciri-ciri musim pancaroba (peralihan), yaitu antara lain udara terasa panas, arah angin tidak teratur, sering terjadi hujan secara tiba-tiba dalam waktu yang singkat dan lebat. 3. Musim Peralihan (Maret – Mei dan September – November) Periode Maret – Mei dikenal seagai musim Peralihan I atau Muson pancaroba awal tahun, sedangkan periode Septemer – November disebt musim peralihan II atau musim pancaroba akhir tahun. Pada musim-musim Peralihan, matahari bergerak melintasi khatulistiwa, sehingga angin menjadi lemah dan arahnya tidak menentu. 4.Selain angin muson barat dan timur juga terdapat angin lokal. Angin ini bertiup setiap hari, seperti angin darat, angin laut, angin lembah dan angin gunung. Angin lokal dapat di jelaskan sebagai berikut : 1. Angin Darat dan Angin Laut Angin ini terjadi di daerah pantai yang diakibatkan adanya perbedaan sifat daratan dan lautan. Pada malam hari daratan lebih dingin daripada lautan sehingga di daratan merupakan daerah maksimum yang menyebabkan terjadinya angin darat. Sebaliknya, pada siang hari terjadi angin laut. Perhatikan gambar di bawah ini. Kedua angin ini banyak dimanfaatkan oleh para nelayan tradisional untuk menangkap ikan di laut. Pada malam hari saat bertiupnya angin darat, para nelayan pergi menangkap ikan di laut. Sebaliknya pada siang hari saat bertiupnya angin laut, para nelayan pulang dari penangkapannya. 2. Angin Lembah dan Angin Gunung Pada siang hari puncak gunung lebih cepat menerima panas daripada lembah yang dalam keadaan tertutup. Puncak gunung tekanan udaranya minimum dan lembah tekanan udaranya maksimum. Karena keadaan ini maka udara bergerak dari lembah menyusur lereng menuju ke puncak gunung. Angin dari lembah ini disebut angin lembah. Pada malam hari puncak gunung lebih cepat mengeluarkan panas daripada lembah. Akibatnya di puncak gunung bertekanan lebih tinggi (maksimum) dibandingkan dengan di lembah (minimum) sehingga angin bertiup dari puncak gunung menuruni lereng menuju ke lembah. Angin dari puncak gunung ini disebut angin gunung.
Pustaka

Wyrtki, K. 1961. Physical Oceanography of Southeast Asean Waters. Naga Report \',I. 2. The University of California, La Jolla, California.

Hujan (Rain)

HUJAN..

Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun dan kabut). Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi karena sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini disebut sebagai virga.

Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari laut menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu turun kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak sungai untuk mengulangi daur ulang itu semula.

Jenis-jenis hujan

Untuk kepentingan kajian atau praktis, hujan dibedakan menurut terjadinya, ukuran butirannya, atau curah hujannya.

Jenis-jenis hujan berdasarkan terjadinya

  • Hujan siklonal, yaitu hujan yang terjadi karena udara panas yang naik disertai dengan angin berputar.
  • Hujan zenithal, yaitu hujan yang sering terjadi di daerah sekitar ekuator, akibat pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat Tenggara. Kemudian angin tersebut naik dan membentuk gumpalan-gumpalan awan di sekitar ekuator yang berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan.
  • Hujan orografis, yaitu hujan yang terjadi karena angin yang mengandung uap air yang bergerak horisontal. Angin tersebut naik menuju pegunungan, suhu udara menjadi dingin sehingga terjadi kondensasi. Terjadilah hujan di sekitar pegunungan.
  • Hujan frontal, yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin bertemu dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara kedua massa itu disebut bidang front. Karena lebih berat massa udara dingin lebih berada di bawah. Di sekitar bidang front inilah sering terjadi hujan lebat yang disebut hujan frontal.
  • Hujan muson atau hujan musiman, yaitu hujan yang terjadi karena Angin Musim (Angin Muson). Penyebab terjadinya Angin Muson adalah karena adanya pergerakan semu tahunan Matahari antara Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan. Di Indonesia, hujan muson terjadi bulan Oktober sampai April. Sementara di kawasan Asia Timur terjadi bulan Mei sampai Agustus. Siklus muson inilah yang menyebabkan adanya musim penghujan dan musim kemarau.

Jenis-jenis hujan berdasarkan ukuran butirnya

  • Hujan gerimis / drizzle, diameter butirannya kurang dari 0,5 mm
  • Hujan salju, terdiri dari kristal-kristal es yang suhunya berada dibawah 0° Celsius
  • Hujan batu es, curahan batu es yang turun dalam cuaca panas dari awan yang suhunya dibawah 0° Celsius
  • Hujan deras / rain, curahan air yang turun dari awan dengan suhu diatas 0° Celsius dengan diameter ±7 mm.

Jenis-jenis hujan berdasarkan besarnya curah hujan (definisi BMKG)

  • hujan sedang, 20 - 50 mm per hari
  • hujan lebat, 50-100 mm per hari
  • hujan sangat lebat, di atas 100 mm per hari.

Hujan buatan

Sering kali kebutuhan air tidak dapat dipenuhi dari hujan alami. Maka orang menciptakan suatu teknik untuk menambah curah hujan dengan memberikan perlakuan pada awan. Perlakuan ini dinamakan hujan buatan (rain-making), atau sering pula dinamakan penyemaian awan (cloud-seeding).

Hujan buatan adalah usaha manusia untuk meningkatkan curah hujan yang turun secara alami dengan mengubah proses fisika yang terjadi di dalam awan. Proses fisika yang dapat diubah meliputi proses tumbukan dan penggabungan (collision dan coalescense), proses pembentukan es (ice nucleation). Jadi jelas bahwa hujan buatan sebenarnya tidak menciptakan sesuatu dari yang tidak ada. Untuk menerapkan usaha hujan buatan diperlukan tersedianya awan yang mempunyai kandungan air yang cukup, sehingga dapat terjadi hujan yang sampai ke tanah.

Bahan yang dipakai dalam hujan buatan dinamakan bahan semai.

Jenis Awan

1. Awan rendah ( Low )

Stratokumulus, awan Nimbostratus dan awan Stratus masuk ke klasifikasi awan rendah, letaknya kurang dari 3000 m dari permukaan bumi. Awan stratokumulus kelihatan kasar, awan Nimbostratus warnanya gelap dan memiliki lapisan lapisan jelas, disebut juga awan hujan, sedangkan awan Stratus terletak di bagian langit rendah, tebal dan berwarna kelabu.

Awan Nimbostratus
yang ini awan Stratus
ini stratokumulus
2. Awan sederhana tinggi ( Mid high ) Yang masuk ke jenis awan Mid high itu awan Altokumulus dan awan Altostratus. Berada di ketinggian di antara 3000 m sampai dengan 6000 m, makanya disebut awan mid high, karena disebut tinggi gak kesampean tapi gak bisa juga disebut rendah, Awan Altokumulus cirinya berkepul-kepul, berlapis dan enggak rata, biasanya awan ini menandakan hari yang cerah, kalau awan Altostratus kelihatan lebih padat dan berwarna lebih gelap nampak seperti air. Check this out..
Awan Altostratus
Awan Altokumulus
Awan tinggi ( High ) Tidak ada info yang spesifik mengenai ketinggian dari Awan tinggi ini, yang jelas pasti di langit yang tinggi, makanya namanya awan tinggi , yang termasuk awan tinggi diantaranya awan Sirus, awan sirokumulus, dan awan sirostratus. Awan sirus berbentuk seperti kapas yang tipis dan lembut, menandakan cuaca yang lumayan cerah, awan sirokumulus nampak mirip dengan awan Altokumulus, namun kelihatan lebih rapat menyerupai sisik ikan, terakhir awan Sirostratus berwarna putih cerah, kelihatan memiliki texture yang tipis dan lembut
Awan Sirus ( bener-bener kelihatan tipis )
Awan Sirokumulus ( kelihatan seperti gabungan kumulus dan sirus )
Awan Sirostratus
3. Awan tinggi ke atas ( Up high ) Dari namanya saja kita sudah tahu bahwa kelompok awan ini terdapat di lapisan langit yang sangat tinggi sekitar 6 km hingga 9 km. Nah awan Kumulus dan awan Kumolonimbus lah yang termasuk ke kelompok ini. Awan kumulus sering kita lihat di langit, bentuknya paling familiar menyerupai kumpulan awan-awan yang lumayan besar, sedangkan awan Kumolonimbus menyerupai kumpulan awan yang sangat besar yang berwarna cerah dan gelap, biasanya disebut juga awan badai, sebab awan ini bukan hanya membawa hujan, melainkan kilat dan petir juga
Awan Kumulus
Awan kumolonimbus

Apakah tornado itu?

Tornado adalah kolom udara yang berputar kencang yang membentuk hubungan antara awan cumulonimbus atau dalam kejadian langka dari dasar awan cumulus dengan permukaan tanah. Tornado muncul dalam banyak ukuran namun umumnya berbentuk corong kondensasi yang terlihat jelas yang ujungnya yang menyentuh bumi menyempit dan sering dikelilingi oleh awan yang membawa puing-puing.

Umumnya tornado memiliki kecepatan angin 177 km/jam atau lebih dengan rata-rata jangkauan 75 m dan menempuh beberapa kilometer sebelum menghilang. Beberapa tornado yang mencapai kecepatan angin lebih dari 300-480 km/jam memiliki lebar lebih dari satu mil (1.6 km) dan dapat bertahan di permukaan dengan lebih dari 100 km.

Meskipun tornado telah diamati di tiap benua kecuali Antartika, tornado lebih sering terjadi di Amerika Serikat. Tornado juga umumnya terjadi di Kanada, Asia, Timur Tengah, Amerika Latin, Afrika Selatan, Barat laut dan Tengah, Eropa, Italia, barat dan selatan Australia, dan Selandia Baru bagian selatan, selatan-tengah dan timur

Definisi

Tornado didefinisikan oleh Glosari Meteorologi sebagai "kolom udara yang berputar kencang yang menyatu dengan permukaan tanah dan muncul dari awan cumuliform atau bagian bawah awan cumuliform dan sering (namun tidak selalu) tampak sebagai suatu awan corong..." Keluarga Tornado Kadang, sebuah badai tunggal menghasilkan berbagai tornado dan mesosiklon. Proses ini dikenal sebagai siklus tornadogenesis. Tornado yang terbentuk dari badai yang sama dikenal sebagai keluarga tornado. Kadang-kadang sejumlah tornado dari mesosiklon yang berbeda terjadi secara bersamaan. Etimologi Kata "tornado" merupakan perubahan dari kata dalam Bahasa Spanyol tronada, yang berarti "badai petir". Kemudian, kata tornado juga diambil dari Bahasa Latin tonare, yang berarti "gemuruh". Kata ini sangat mungkin merupakan kombinasi dari bahasa Spanyol tronada dan tornar ("berputar"); namun, kata ini mungkin juga merupakan suatu etimologi rakyat. Tornado juga secara umum dikenal sebagai twisters. Para tornado Tornado multi-pusaran Tornado multi-pusaran adalah suatu jenis tornado dimana dua atau lebih kolom udara yang menggumpal berputar mengelilingi pusat. Struktur multi-pusaran dapat terjadi di hampir setiap sirkulasi, namun sangat sering teramati dalam tornado dahsyat. Satelit tornado Satelit tornado adalah suatu istilah untuk tornado lemah yang terbentuk dekat tornado besar kuat yang terjadi dalam mesosiklon yang sama. Satelit tornado muncul dari "orbit" tornado besar (sebagai namanya), yang memperlihatkan wujud pusaran yang multi-pusaran. Namun, satelit tornado merupakan corong yang berbeda, dan lebih kecil dibandingkan corong utama. Angin Puting Beliung di dekat Florida Keys. Puting Beliung Puting Beliung secara resmi digambarkan secara singkat oleh National Weather Service Amerika Serikat seperti tornado yang melintasi perairan. Namun, para peneliti umumnya mencirikan puting beliung "cuaca sedang" berasal dari puting beliung tornado.