Contoh paling nyata terjadi pada diri petani yang mengalami stres karena kesulitan air.

(Umi Rasmi. Sumber: Live Science)
Membangun Generasi Emas Bangsa Indonesia 2025
Kegiatan pertanian yang meliputi budaya bercocok tanam dan memelihara ternak merupakan kebudayaan manusia paling tua. Tetapi dibandingkan dengan sejarah keberadaan manusia, kegiatan bertani ini termasuk masih baru. Sebelumnya, manusia hanya berburu hewan dan mengumpulkan bahan pangan untuk dikonsumsi. |
|
![]() | Sejalan dengan peningkatan peradaban manusia, pertanianpun berkembang menjadi berbagai sistem. Mulai dari sistem yang paling sederhana sampai sistem yang canggih dan padat modal. Berbagai teknologi pertanian dikembangkan guna mencapai produktivitas yang diinginkan. |
Di lain fihak, ilmu pertanianpun berkembang. Ilmu pertanian kemudian tumbuh bercabang-cabang, terspesialisasi, seperti misalnya agronomi, ilmu tanah, sosial ekonomi, proteksi tanaman, dsb. | |
Kemajuan ilmu dan teknologi, peningkatan kebutuhan hidup manusia, memaksa manusia untuk memacu produktifitas menguras lahan, sementara itu daya dukung lingkungan mempunyai ambang batas toleransi. Sehingga, peningkatan produktivitas akan mengakibatkan kerusakan lingkungan, yang pada ujungnya akan merugikan manusia juga. Berangkat dari kesadaran itu maka muncullah tuntutan adanya sistem pertanian berkelanjutan. |
Geografi sebagai salah satu kajian ilmu pengetahuan alam adalah studi dan pertelaan mengenai perbedaan fenomena alam tentang sebaran makhluk hidup yang di bumi dan mencakup semua faktor yang dapat mengubah atau mempengaruhi permukaan bumi secara fisik, perubahan iklim, dan berbagai proses kegiatan makhluk hidup atau bukan.
Salah satu cabang geografi adalah “biogeografi” atau “geografi biologi”. Biogeografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari sebaran secara spesial makhluk hidup pada saat yang lalu dan saat ini. Untuk tujuan praktis sesuai dengan pembagian makhluk hidup menjadi tumbuhan dan hewan, biogeografi pada umumnya dibagi atas “geografi tumbuhan” (fitogeografi) dan “geografi hewan” (zoogeografi).
Fitogeografi dan zoogeografi adalah bagian dari ilmu pengetahuan biogeografi yang mempelajari studi dan deskripsi perbedaan fenomena distribusi vegetasi di bumi termasuk semua faktor yang mengubah permukaan bumi oleh faktor fisik, iklim atau oleh interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya.
Secara singkat fitogeografi adalah kajian yang mempelajari sebaran makhluk hidup di bumi pada masa yang lalu dan saat ini. Kajian tentang distribusi vegetasi dapat dilakukan menurut jenis-jenisnya secara terpisah atau secara keseluruhan pola distribusi tumbuhan dapat secara luas atau secara terbatas pada wilayah tertentu. Berdasarkan terdapat atau tidak terdapat jenis-jenis tumbuhan di suatu wilayah, dikenal 3 kelompok taksa tumbuhan, yaitu tumbuhan yang tersebar luas, tumbuhan endemik dan tumbuhan discontinue. Contoh tumbuhan tersebar luas (wides) antara lain, plantago mayor, atau agathis australis; tumbuhan endemik adalah Ginko biloba atau Rafflesia arnoldii, dan tumbuhan discontinue adalah Empetum nigrum atau Larrea trdentata.
Tumbuhan tersebar luas atau yang sering dinamakan juga tumbuhan kosmopolit adalah kelompok taksa tumbuhan yang penyebarannya hampir di seluruh dunia. Untuk tumbuhan yang tersebar luas di wilayah tropis tumbuhan dan dinamakan tumbuhan “pantropis”
Tumbuhan endemik merupakan taksa tumbuhan yang penyebarannya terbatas di wilayah yang tidak terlalu luas, yang disebabkan oleh kondisi lingkungan setempat dan barier. Terdapat macam-macam tumbuhan endemik, antara lain tumbuhan endemik benua, endemik regional dan lokal atau setempat.
Tumbuhan discontinue adalah taksa tumbuhan yang kehadirannya di suatu wilayah yang luas terpisah-pisah dalam kantong-kantong taksa tumbuhan tertentu. Terbentuknya taksa tumbuhan discontinue antara lain disebabkan oleh faktor barier ekologi, gagal bermigrasi, dan gagal beradaptasi pada lingkungan tertentu.
Kemudian dalam skala evolusi terdapat jenis yang mampu bertahan melalui perubahan genetik atau mutasi sehingga dapat beradaptasi pada lingkungan baru, dan terpisah-pisah di wilayah-wilayah tertentu melalui migrasi atau adanya perubahan benua atau wilayah sesuai dengan teori paparan benua (continental drift).
Menurut konsep dinamika fitogeografi, terdapat beberapa penyebab yang mempengaruhi pola dasar distribusi vegetasi, yaitu: a) kondisi habitat, b) respon tumbuhan, c) sifat adaptasi, d) migrasi dan e) kelangsungan hidup yang sebagian besar tergantung pada sifat proses evolusi dan kemampuan bermigrasi.
Sesuai dengan sifat toleransi dan adaptasi terhadap kondisi habitat dan iklim, dikenal beberapa kelompok distribusi tumbuhan, yaitu kelompok: a) tumbuhan kosmopolit dan sub-kosmopolit (Gnamineae), tumbuhan wilayah tropis (Araceae), tumbuhan wilayah sub-tropis (Salicaceae), tumbuhan discontinue (Papaveraceae), tumbuhan endemis (Bixaceae) dan tumbuhan wilayah ekstrim, misalnya gurun (Pedaliaceae).
Pola distribusi vegetasi berlangsung secara alamiah atau melalui proses seleksi alam atau mutasi sebagai hasil respon toleransi dan adaptasi vegetasi terhadap amplitudo ekologi habitat dan iklim. Respon tersebut dapat bersifat luas (eurytopic) atau bersifat sempit (stenotopic) yang ditentukan oleh faktor “perangkat genetik” (genetic set up) yang dimiliki oleh setiap jenis, sekelompok suku atau taksa tumbuh-tumbuhan tertentu.
Amplitudo ekologi yang menjadi penentu pola distribusi tumbuhan di bumi. Menurut Brown dan Gibson (1983) amplitude di tentukan oleh jenis-jenis tumbuhan, keperakaan dan sifat adaptasi terhadap cahaya, prefensi tumbuhan terhadap sifat tanah (habitat), kemampuannya menghadapi gangguan (“cathastrophe”), dan interaksi-spesifik antara tumbuhan dengan tumbuhan atau tumbuhan dengan hewan.
Perangkat genetik mempunyai peranan dalam mengatur dan menentukan sifat toleransi dan adaptasi terhadap perubahan amplitudo ekologi yang berlangsung dalam proses seleksi alam dan mutasi selama evolusi. Hasil seleksi alam atau mutasi menghasilkan tumbuhan dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan habitat, iklim dan kondisi lingkungannya. Tumbuhan demikian dinamakan “tumbuhan ekotip”.
DAFTAR PUSTAKA
Myers, A. A. And P. S. Giller (Eds). (1998). Analytical Biogeography: An integrated approach to the study of animal and plant distributions. London: Chapman and Hall.
Weis, M. (1963). Fitogeografi. Bandung: Sumber Djay
Atlas Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan Pertanian Indonesia merupakan himpunan peta-peta ketersediaan lahan pada masing-masing provinsi yang berisikan informasi wilayah-wilayah potensial tersedia untuk pengembangan komoditas pertanian tanaman semusim pada lahan basah (rawa dan non rawa), tanaman semusim lahan kering, dan tanaman tahunan pada lahan kering.
Peta ini merupakan kompilasi dan korelasi hasil-hasil penelitian pada berbagai skala pemetaan sumberdaya lahan pertanian yang dilakukan selama lebih kurang 20 tahun oleh para peneliti Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (dh. Pusat Penelitian Tanah/Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat).
Peta ini disusun berdasarkan peta potensi lahan yang ditumpang-tindihkan (overlay) dengan peta penggunaan lahan (existing land use) masing-masing provinsi.
Softcopy dari peta-peta tersebut telah disusun dalam bentuk e-Files dan dapat didownload.
Petunjuk teknis teknik budidaya kedelai di lahan pasang surut.
Teknologi budidaya kedelai di lahan pasang surut yang dapat meningkatkan hasil dan pendapatan usahatani kedelai BAHAN DAN ALAT
Bahan : benih, pupuk, insektisida, dll.
Alat : cangkul, traktor, sabit, dll.
PEDOMAN TEKNIS
Penyiapan benih dan pemilihan varietas
Benih dipilih yang baik dengan ciri-ciri :
Bernas, bebas dari campuran varietas lain dan berdaya tumbuh lebih dari 90% serta tidak cacat atau rusak sewaktu prosesing atau karena serangan hama dan penyakit selama penyimpanan. Benih yang diperlukan adalah 40-45 kg/ha.
Varietas yang dianjurkan :
Wilis, Kerinci, Dempo dan Lokon
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan dalam keadaan kering, dengan menggunakan traktor, sapi atau cangkul. Pengolahan tanah di lahan potensial dan sulfat masam dilakukan 2 kali yaitu tanah dicangkul sedalam 20 cm kemudian dihancurkan dan diratakan. Bila menggunakan sapi atau traktor, pengolahan tanah dilakukan dengan dengan 1 kali bajak kemudian dihancurkan dan diratakan dengan garu atau rotari. Pengolahan tanah di lahan gambut dilakukan pada keadaan lembab dengan mencacahnya sedalam <>
Penanaman
Pada lahan yang sudah disiapkan dibuat lubang dengan tugal pada jarak tanam 20 cm x 40 cm atau 30 cm x 15 cm kemudian benih sebanyak 2-3 biji ditempatkan pada setiap lubang lalu lubang ditutup dengan tanah. Untuk lahan yang belum pernah ditanami kedelai, sebaiknya benih diinokulasi dengan Rhizobium sebanyak 15 gram Rhizogin/kg benih sebelum ditanam.
Pemupukan
Dosis pupuk yang dianjurkan adalah 50 kg Urea, 100 kg TSP dan 100 kg KCl per ha yang diberikan sebagai pupuk dasar pada saat tanam dalam larikan disamping barisan tanaman. Untuk lahan sulfat masam perlu diberikan kapur sebanyak 1 ton/ha pada 2 minggu sebelum tanam, sedangkan untuk lahan gambut diberikan terusi (CuSO4) dan ZnSO4 masing-masing sebanyak 2,5 kg/ha bersamaan dengan pemberian pupuk dasar.
Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan dan penyulaman dilakukan selambat-lambatnya 1 minggu setelah tanam. Penjarangan dilakukan dengan menyisakan 2 tanaman/rumpun yang paling baik pertumbuhannya serta bebas dari serangan hama dan penyakit. Sedangkan penyulaman dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh atau yang mati karena diserang hama/penyakit yaitu dengan menanam benih lagi.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 kali dengan menggunakan kored atau cangkul kecil beroda, yaitu 2-3 minggu setelah tanam dan 5-6 minggu setelah tanah tergantung pada keadaan gulma.
Perlindungan Tanaman
Hama utama kedelai adalah lalat bibit (Agrozyma sp), penggerek polong (Etiella zickenella) dan pengisap polong (Nezara viridula). Pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida Tamaron, Dursban dan Azodrin dengan dosis 1,5-2 liter/ha. Serangan hama bibit juga bisa dicegah melalui perlakuan benih (seed treatment) dengan insektisida Marshal dosis 15 gram/kg benih. Penyakit bercak daun (Cercospora sp) dikendalikan dengan penyemprotan, biasanya diperlukan 400-500 liter air setiap hektarnya. Penyemprotan sebaiknya 1 minggu setelah fase pembuangan, selanjutnya dilakukan 3 kali penyemprotan selang waktu 1 minggu sekali sampai dengan 2 minggu sebelum panen. Menjelang berbuah, pemakaian obat yang bersifat sistemik dihentikan.
Panen dan Pasca Panen
Panen dilakukan setelah semua daun tua atau berwarna kuning dengan menggunakan sabit bergerigi. Setelah dikeringkan, kedelai dirontok dengan digebot atau menggunakan mesin perontok bila tersedia, kemudian disimpan di tempat kering dan kedap air seperti peti kayu.
Analisa Usahatani
Pendapatan bersih yang diperoleh dari 1 hektar usahatani kedelai di lahan potensial Karang Agung Tengah pada MK 1990 mencapai Rp. 1.160.625,- dengan BC ratio sebesar 2,81.
Uraian Fisik Nilai (Rp.)
Benih (kg) 40 48.000
Pupuk :
- Legin (g) 600 10.000
- Urea (kg) 50 10.000
- TSP (kg) 100 27.500
- KCl (kg) 125 34.375
Pestisida :
- Marshal (g) 400 9.000
- Cair (liter) 5 87.500
Tenaga kerja (HOK) 165 412.500
Total biaya (Rp) 640.375
Produksi (kg) 2000 1.800.000
Pendapatan bersih (Rp) 1.160.625
BC ratio 2,81 |
Data statistik BPS menunjukkan, salah satu sektor ekonomi yang tidak terpengaruh oleh krisis ekonomi adalah sektor pertanian, karena dalam kondisi krisis seperti dewasa ini, sektor ini masih memberikan pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan nilai ekspor komoditi hasil sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif sebesar 0,22% di tahun 1998. Sementara pertumbuhan sektor lain negatif, misalnya pertumbuhan sektor pertambangan dan migas negatif 4,16%, dan pertumbuhan sektor industri negatif 12,74%. Pertumbuhan total pun mengalami penurunan menjadi menjadi 13,68% dalam sepuluh tahun terakhir ini, yang berarti telah terjadinya penurunan produksi total sebesar angka tersebut. Ini memberikan indikasi bahwa sektor pertanian memiliki kekenyalan dalam menghadapi masalah negasi pertumbuhan ekonomi. Di samping memiliki kekenyalan sektor pertanian pun memberikan manfaat lain -yang lebih primer- di masa krisis ekonomi dewasa ini, yakni berpotensi untuk melepaskan diri dari beban impor untuk bahan pangan rakyat. Seperti telah diketahui bersama, pada masa lalu bahan pangan masih menjadi beban bagi devisa kita. Hal ini sangat ironis dengan identitas sebagai bangsa agraris. Eksistensi sektor pertanian semakin kuat karena secara nasional krisis ekonomi telah menyebabkan terjadinya pergeseran struktur PDB. Sektor pertanian mengalami kenaikan perannya dari 16,01% menjadi 18,82%. Keadaan ini menjungkirbalikan struktur ekonomi karena dalam beberapa dasa warsa terakhir pertanian mengalami degradasi yang cukup signifikan dalam struktur ekonomi nasional. Maka dari uraian di atas, dapat disimpulkan perlunya reorientasi dalam prioritas pembangunan baik dalam tataran nasional maupun regional. Pengembangan sektor pertanian termasuk pengembangan industri yang berbasis pertanian merupakan andalan potensial untuk membangkitkan dinamika ekonomi masyarakat di tengah keterpurukan ekonomi ekonomi yang tak terhingga dewasa ini. Pengembangan sektor pertanian beserta program lanjutannya, dalam hal ini agroindustri, memiliki nilai strategis untuk keluar dari krisis ekonomi. Sekurang-kurangnya terdapat dua alasan penting, yakni: (a) membantu mengendalikan harga pangan dalam negeri serta berpotensi meningkatkan produksi substitusi impor melalui pengembangan secara intensif sekaligus dapat menghemat devisa, (b) sektor pertanian dan agro industri memiliki keuntungan komperatif yang dapat merangsang kelompok investor yang memiliki orentasi ekspor. Untuk melaksanakan program pengembangan secara efektif sehubungan dengan kedua hal tersebut, dianggap perlu untuk menetapkan komoditas pertanian yang menjadi unggulan. Komoditas unggulan ditetapkan setelah mengkaji berbagai kelayakan baik yang bersifat teknis maupun ekonomi. Diharapkan dalam jangka waktu yang relatif pendek komoditas ini dapat memberikan hasil yang signifikan untuk memperbaiki konidisi kehidupan petani khususnya dan umumnya masyarakat yang terkait dengan jaringan bisnis komoditi ini. A. DEFINISI USAHATANI DAN ILMU USAHATANI Menurut Soekartawi (1995) bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Menurut Adiwilaga (1982), ilmu usahatani adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan orang melakukan pertanian dan permasalahan yang ditinjau secara khusus dari kedudukan pengusahanya sendiri atau Ilmu usahatani yaitu menyelidiki cara-cara seorang petani sebagai pengusaha dalam menyusun, mengatur dan menjalankan perusahaan itu. Menurut Mosher (1968) usahatani adalah: suatu tempat atau sebagian dari permukaan bumi di mana pertanian diselenggarakan seorang petani tertentu, apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang digaji himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat pada tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan- perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah itu dan sebagainya . Menurut Kadarsan (1993), usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian. Dapat disimpulkan bahwa Ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Sumber daya itu adalah lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen. B. GAMBARAN USAHATANI DI INDONESIA Di Indonesia, usahatani dikategorikan sebagai usahatani kecil karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat b. Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup yang rendah c. Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsisten d. Kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan lainnya Soekartawi, 1986 pada seminar petani kecil di Jakarta pada tahun 1979, menetapkan bahwa petani kecil adalah : a. Petani yang pendapatannya rendah, yaitu kurang dari setara 240 kg beras per kapita per tahun. b. Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 ha lahan sawah di Jawa atau 0,5 ha di luar Jawa. Bila petani tersebut juga memiliki lahan tegal maka luasnya 0,5 ha di Jawa dan 1,0 ha di luar Jawa. c. Petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas. d. Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamis. Kesulitan utama dalam menganalisis perekonomian rumah tangga tani di negara berkembang seperti Indonesia karena: a. Sifat dwifungsinya : produksi dan konsumsi yang kadang tidak terpisahkan. b. kuatnya peranan desa sebagai unit organisasi sosial dan perekonomian. Menurut Tohir (1983) ,Tingkat pertumbuhan dan perkembangan usaha tani dapat diukur dari berbagai aspek. Ciri-ciri daerah pertumbuhan dan perkembangan usaha tani, yaitu: A. Usaha pertanian atas dasar tujuan dan prinsip sosial ekonomi yang melekat padanya, usaha tani digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu: a. Usaha tani yang memiliki ciri-ciri ekonomis kapitalis b. Usaha tani yang memiliki dasar ekonomis-sosialis-komunistis c. Usaha tani yang memiliki ciri-ciri ekonomis B. Tingkat pertumbuhan usaha tani berdasarkan teknik atau alat pengelolaan tanah: a. Tingkat pertanian yang ditandai dengan pengelolaan tanah secara dicangkul (dipacul). b. Tingkat pertanian yang ditandai dengan pengelolaan tanah secara membajak C. Berdasarkan kekuasaan badan-badan usaha tani dalam masyarkat atas besar kecilnya kekuasaan, maka usaha tani dapat kita golongkan sebagai berikut: A. Suku sebagai pengusaha atau yang berkuasa dalam pengelolaan usaha tani B. Suku sudah banyak kehilangan kekuasaannya dan perseorangan nampak mulai memegang peranan dalam pengelolan usaha taninya. C. Desa, marga, atau negari sebagai pengusaha usaha tani atau masih memiliki pengaruh dalam pengelolaan usaha tani. D. Famili sebagai pengusaha atau masih memiliki pengaruh dalam pengelolaan usaha tani. E. Perseorangan sebagai pengusaha tani F. Persekutuan adat sebagai pengusaha atau sebagai pembina usaha tani D. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan usaha tani dapat dilihat dari (a) kedudukan struktural atau fungsi dari petani dalam usaha tani dan (b) kedudukan sosial ekonomi dari petani dalam masyarakat C. KAITAN USAHATANI DENGAN AGRIBISNIS Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai pengadaan saprodi, produksi, pengolahan hasil dan pemasaran dihasilkan usahatani atau hasil olahannya. D. KLASIFIKASI USAHATANI a. Pola usahatani Terdapat dua macam pola usahatani, yaitu lahan basah atau sawah ,lahan kering. Ada beberapa sawah yang irigasinya dipengaruhi oleh sifat pengairannya, yaitu : • Sawah dengan pengairan tehnis • Sawah dengan pengairan setengah tehnis • Sawah dengan pengairan sederhana • Sawah dengan pengairan tadah hujan • Sawah pasang surut, umumnya di muara sungai b. Tipe usahatani Tipe usahatani menunjukkan klasifikasi tanaman yang didasarkan pada macam dan cara penyusunan tanaman yang diusahakan. a. Macam tipe usahatani : • Usahatani padi • Usahatani palawija (serealia, umbi-umbian, jagung) Cara penyusunan tanaman: Usahatani Monokultur: Satu jenis tanaman sayuran yang ditanam pada suatu lahan. Pola ini idak memperkenankan adanya jenis tanaman lain pada Lahan Yang sama. Pola tanam monokultur banyak dilakukan Petani sayuran yang memiliki lahan khusus. Jarang yang melakukannya di lahan yang sempit. Pola tanam tumpangsari merupakan penanaman campuran dari dua atau lebih jenis sayuran dalam suatu luasan lahan Menurut Suryanto (1990) dan Tono (1991) bahwa prinsip tumpangsari lebih banyak menyangkut tanaman diantaranya : » Tanaman yang ditanam secara tumpangsari, dua tanaman atau lebih mempunyai umur yang tidak sama » Apabila tanaman yang ditumpangsarikan mempunyai umur yang hampir sama, sebaiknya fase pertumbuhannya berbeda. » Terdapat perbedaan kebutuhan terhadap air, cahaya dan unsur hara. » Tanaman mempunyai perbedaan perakaran. Menurut Santoso (1990), beberapa keuntungan dari tumpangsari adalah sebagai berikut : • Mengurangi resiko kerugian yang disebabkan fluktuasi harga pertanian • Menekan biaya operasional seperti tenaga kerja dan pemeliharaan tanaman. • Meningkatkan produktifitas tanah sekaligus memperbaiki sifat tanah. c. Struktur usahatani Struktur usahatani menunjukkan bagaimana suatu komoditi diusahakan. Cara pengusahaan dapat dilakukan secara khusus (1 lokasi), tidak khusus (berganti-ganti lahan atau varietas tanaman) dan campuran (2 jenis atau lebih varietas tanaman, misal tumpangsari dan tumpang gilir). Ada pula yang disebut dengan “Mix Farming” yaitu manakala pilihannya antara dua komoditi yang berbeda polanya, misalnya hortikultura dan sapi perah. Pemilihan khusus atau tidak khusus ditentukan oleh : – Kondisi lahan – Musim/iklim setempat – Pengairan – Kemiringan lahan – Kedalaman lahan d. Corak usahatani Corak usahatani berdasarkan tingkatan hasil pengelolaan usahatani yang ditentukan oleh berbagai ukuran/kriteria, antara lain : – Nilai umum, sikap dan motivasi – Tujuan produksi – Pengambilan keputusan – Tingkat teknologi – Derajat komersialisasi dari produksi usahatani – Derajat komersialisasi dari input usahatani – Proporsi penggunaan faktor produksi dan tingkat keuntungan – Pendayagunaan lembaga pelayanan pertanian setempat – Tersedianya sumber yang sudah digunakan dalam usahatani – Tingkat dan keadaan sumbangan pertanian dalam keseluruhan tingkat ekonomi e. Bentuk usahatani Bentuk usahatani di bedakan atas penguasaan faktor produksi oleh petani, yaitu : – Perorangan Faktor produksi dimiliki atau dikuasai oleh seseorang, maka hasilnya juga akan ditentukan oleh seseorang – Kooperatif Faktor produksi dimiliki secara bersama, maka hasilnya digunakan dibagi berdasar kontribusi dari pencurahan faktor yang lain.
A. Karakteristik Wil. Usaha Tani
B. Kedudukan Potensi Usaha Tani Dalam
Perekonomian Lokal, Regional, Inter
Insulair, Nasional dan Internasional
C. Tatanan Sistem Usaha Tani
D. Karakteristik Masyarakat Usaha Tani
E. Land Use Bagian dari Geopertanian
F. Pengertian dan Batasan IP. Geopertanian
G. Fisik Wilayah Usaha Tani
FAKTOR PENUNJANG USAHA TANI
A. Karakteristik Bentang Alam Budidaya
Usaha Tani
LINGKUP PENGETAHUAN GEOPERTANIAN
A. Prinsip Pengetahuan Geografi
PENGELOLAAN PERTANIAN;
A. Pertanian Lahan Kering
B. Pertanian Lahan Basah
C. Pertanian Hidroponik
Sistem Usaha Tani
A. Survei Komoditas Unggulan Daerah
B. Budidaya Kearifan Lokal
C. Kemplongan
D. Banjar Harian
E. Tumpangsari
F. Jenis Tanaman Usaha Tani
G. Komoditas Unggulan Daerah
H. Agroforestry
I. Budidaya Usaha Tani
Membesarkan anak dengan baik memang tidak mudah bagi pasangan suami-istri yang bekerja. Dengan panduan berikut mudah-mudahan Anda dapat me...