Belajar Dari Tsunami Jepang

Ada yang mengatakan, bahwa masyarakat Jepang sangat memahami tsunami. Setuju atau tidak dengan pernyataan tersebut masyarakat Jepang memang banyak dibekali pengetahuan tentang tsunami. Lebih dari itu pengalaman dan semangat manusia Jepang memang tidak diragukan untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan tsunami. Hingga sejarah mengatakan, bahwa kata tsunami diambil dari bahasa mereka (Jepang).
Dan melihat tayangan di TV serta foto dari beberapa media, masyarakat Jepang masih dengan tenangnya menghadapi gempa 8,9 SR yang diikuti dengan tsunami. Mereka berpegangan benda untuk menyeimbangkan badan agar tidak jatuh. Ada yang memegangi meja dan berdoa. Beraninya … mereka masih di dalam ruangan. Tentu tak seberani seperti itu jika bekal tentang gempa – tsunami tidak dimilikinya.
Tentu tidak semua seperti itu, disana pasti masih ada pula yang panik dan berlarian keluar. Dan sampai pukul 17.00 wite berita itu diturunkan terdapat delapan korban tewas. Disusul sekitar 200 orang yang terjebak di kereta (Berita pulul 22.45 wite. Dan ratusan ditempat-tempat lain. Wah … ini tidak jauh berbeda dengan tsunami Aceh yang merenggut kurang lebih 250 ribu jiwa. Dan melihat jejak yang ditinggalkan, bangunan di Jepang banyak pula yang tidak utuh. Sama pula di Aceh, banyak sekali bangunan yang tersapu tsunami.
Coba perhatikan foto udara dibawah ini!

Foto tsunami Aceh 2011
Foto tsunami Jepang 2011
Melihat gambar diatas kita bisa belajar, bahwa menyosialisasikan tentang gempa-tsunami ke masyarakat itu penting. Jadi amat menarik jika Fakultas Geografi UGM hendak membuka ruang untuk mengkaji tentang mitigasi bencana. Lebih mengerucut jika kajian itu diintegrasikan ke materi geografi di sekolah-sekolah, insyaAllah bencana sedikit-demi sedikit bisa diminimalisir.
Dari sisi lain kita juga bisa belajar bahwa bencana itu harus dihadapi dengan tenang. Sebab bencana seperti gempa dan tsunami belum bisa diprediksi dengan pasti waktu terjadinya. Jelasnya masyarakat Jepang dan Indonesia hidup di ring of fire, atau titik-titik pertemuan lempeng tektonik yang sangat berpotensi untuk terjadi gempa dan tsunami.
Pengetahuan : mengapa bisa terjadi gempa? juga masih perlu disosialisasikan. Di bawah sebuah ilustrasi gempa bisa terjadi di Jepang;
Lempeng Kobe
Ilustrasi seperti diatas juga sudah banyak dilukiskan dibuku-buku pelajaran. Siswa sudah mengenal istilah subduksi, konvergen, divergent, sesar dll. Namun agar bisa lebih ‘membumi’ riset lebih mendalam adalah sebuah keniscayaan. Mudah-mudahan opini tentan Mitigasi Bencana yang diterbitkan Fak Geografi UGM bisa menjadi harapan, amin.

0 komentar:

Posting Komentar