PELANGI DARI PERUT BUMI

Permata, siapa yang tak suka. Kilat maupun warnanya, wow… cantik nian. Seandainya bumi ini transparan tentu kita akan dapat menyaksikan merah, biru, hijau atau kuningnya batu-batu mulia itu di tempat asalnya nun jauh di kedalaman sana. Sayang keadaan tidaklah demikian. Perut bumi yang padat dan gelap telah menyembunyikan pesonanya selama jutaan masa. Oleh karenanya kita menjadi takjub tak terkira ketika batu warna-warni bak pelangi itu muncul ke permukaan. Di bawah cahaya sinar matahari, mereka seakan berlomba memamerkan keindahannya. Kepadatan perut bumi serta temperatur magma yang super panas telah menjadi salah satu biang sebab terjadinya kristal-kristal batu berharga. Di saat magma sedang sedang hot-hotnya, beberapa jenis kristal batu bahkan sudah mulai terbentuk. Mula-mula butir intan diikuti kemudian oleh yang lain. Melalui kegiatan vulkanik maupun tektonik, letusan gunung berapi ataupun gempa bumi, magma mendidih keluar dari dapurnya menuju ke permukaan, mencari hawa segar. Magma keluar mengendap-endap sampai akhirnya malah mengendap beneran. Seiring dengan perjalanannya terbentuklah berbagai batu mineral, di antaranya tergolong sebagai batu mulia, batu berharga, ratna mutu manikam. Mereka diantaranya adalah: Beryl, Chrysoberil, Corundum, Diamond, Fieldspar, Garnet, Jade, Lazurite, Peridot, Opal, Quartz, Spinel, Topaz, Tourmaline, Turquise dan Zircon. (Di Pasar Batu Rawabening Jatinegara, lur manuk bisa melihat aneka perhiasan dari batuan tersebut). Tanpa campur tangan manusiapun batu mulia itu sudah menawan. Apalagi ketika mereka berhasil disulap menjadi perhiasan. Ditambah sedikit bumbu cerita seputar khasiat atau cerita mistik lainnya, batu perhiasan itu menjadi nampak sangat menggoda. Tidak hanya ladies tapi gentlemen juga mudah tergoda olehnya. Ada orang yang memang benar-benar jatuh hati, ada yang untuk investasi, ada yang demi gengsi, atau untuk pamer diri. Ada yang menganggapnya sebagai jimat, aji pangestu, aji pengasihan, untuk kekuatan ataupun keberuntungan. Yang terang, mengenakan aneka asesoris batu, apapun jenisnya, rasanya wiiih....., gimana gitu! Dan mewakili kisah kita tentang batu berharga, kali ini kita pilih jenis batu Ruby dan Sapphire. Saking berharganya, nama Ruby dan Sapphire sering diadopsi orang untuk menamai buah hati kesayangan. Kita sudah tidak asing lagi dengan nama artis Bella Sapphira. Kebetulan sapphire yang satu ini pancen belle alias memang cakep. Jadinya klop. Batu bergengsi seperti ruby dan sapphire dipasarkan dalam berbagai grade dari grade A hingga D. Tinggi harganya bisa membuat kita klenger. Mahalnya berjut-jut. Terlebih lagi yang bermutu istimewa. Namun demikian hal itu tidak lantas membuat kita ciut nyali. Justru karenanya kita jadi terangsang untuk mencari tahu siapakah sesungguhnya gerangan dia, si cantik yang (di)jual mahal itu. CORUNDUM Meskipun berlainan warna namun batu ruby dan sapphire sesungguhnya berasal dari satu jenis mineral yang sama yaitu corundum (Al2O3 atau Aluminium Oxide). Corundum terbentuk jauh di dalam perut bumi, lebih dari minus puluhan km dari tempat pohon biasa berdiri, pada suhu ribuan derajat celsius. Muncul ke permukaan dengan nebeng lahar yang muncrat atau ndledek akibat gunung terbatuk atau akibat bumi menggeliat. Hal ini dapat kita ketahui dari kehadirannya di daerah Srilangka (Ceylon), Madagascar, Kenya dan Tanzania. Daerah daerah tersebut satu sama lain memang bersaudara secara geologi. Selain itu corundum juga terdapat di Kashmir (India), Pakistan, Thailand, Kamboja, Burma, Afghanistan, Colombia, Montana (USA), China serta Australia. Mineral Corundum terlihat hanya serupa kerikil, bukan seperti kerakal atau batu besar. Ditimang terasa mantap, padat dan berisi. Kerasnya minta ampun, berskala 9, terpaut hanya 1 point dibawah intan, batu terkeras sedunia. Sudah pasti ribuan kali lebih keras dibanding kuku jari yang cuma berskala 2,5 atau dibanding dengan layar kaca komputer yang hanya 5,5 maupun dengan topi baja yang berskala 6,5. Berat jenisnya mendekati angka 4, artinya seperempat gelas berisi corundum bobotnya setara dengan segelas penuh air pada suhu 4 derajat celsius. Bodinya sekel dan tahan banting, tidak rapuh seperti kapur tulis. Kristalnya bersegi-segi mirip model piramid mini (hexagonal/trigonal). Sosoknya dapat ditemukan baik dalam keadaan bening sebening embun maupun keruh sekeruh kali Ciliwung. Corundum aslinya tidak berwarna. Imbuhan unsur lain membuatnya terlihat merona merah atau menjadi lebam membiru dan sebagainya. Unsur pewarna seperti Chromium (Ce), Ferrum (Fe), Titanium (Ti) dan Nickel (Ni) telah menjadikannya demikian. Corundum putih yang kerasukan unsur pewarna tersebut akan berubah menjadi corundum berwarna. Keadaannya menjadi persis serupa es serut yang diguyur aneka syrup, menjadi terlihat manis dan bikin kita ngiler cleguken. Metode penambangan seperti membuat sumur, memangkas gunung ataupun menggali terowongan sering dipraktekkan untuk menemukannya. Istilah-istilah spesifik kerap terdengar, misalnya di Burma, istilah asa yo dipakai untuk menyebut hasil temuan berukuran kecil atau istilah nila untuk temuan berukuran besar. Kita dapat bayangkan betapa riuh rendahnya suasana di pertambangan. Seorang pekerja yang menemukan corundum sebesar ibu jari misalnya tentu akan jingkrak-jingkrak sembari meneriakkan istilah yang khas itu. Dia girang karena mendapat tangkapan sekelas kakap bukan teri. Kalau dia tenang-tenang saja itu malah mencurigakan. Batu mungil namun berharga itu memang terlalu mudah ditilep. Jangankan ngumpetin yang mungil, segunungpun ada orang tega. Dari daerah tambang, batu-batu itu dibawa ke ahlinya untuk diproses lebih lanjut. Batu kemudian dipilah, dipotong, diasah, diampelas, dimodel, dan tahap terakhir dipoles. Pemilahan bertujuan untuk menemukan dan menentukan bagian-bagian mana yang akan dipotong guna membentuk permukaan yang akan ditampilkan nantinya. Setelah semua proses dilalui, batu kasar itu kini salin rupa menjadi bentuk batu perhiasan yang cakep, siap dipasarkan ke segenap penjuru. Pedagang serta para calopun siap beraksi, merayu calon pembeli. Tak ketinggalan, sertifikat tanda keaslianpun diterbitkan. Penerbitan sertifikat ini penting karena ada juga produk serupa tapi tak sama alias imitasi. Tidak hanya imitasi, tapi yang nampak aslipun kadang ternyata sudah tidak orisinil lagi, sudah disentuh di sana di sini dan sudah dimake-up sedemikian rupa sehingga tidak ketahuan lagi belangnya. Memang betul, dengan tehnik tertentu warna yang pudar misalnya, dapat didandani menjadi kembali berpendar. Promosi juga dilakukan secara gencar. Ada yang mengaitkan batu tersebut dengan aspek lain seperti keberuntungan, cinta, persahabatan, kebahagiaan, kesehatan dan rasa percaya diri. Atau dihubungkan dengan keberadaan planet Mercurius, Uranus, Venus, Neptunus, Bumi, Pluto, Mars ataupun Bulan. Sebenarnya semua cerita karangan seperti itu sulit untuk dapat kita mengerti. Tapi kenyataannya ada banyak yang percaya. Yang terperdayapun pasti banyak. RUBY DAN SAPPHIRE Ruby kita kenal sebagai corundum berwarna merah, semerah bibir Monalisa, sedangkan sapphire sebagai corundum biru. Warna lain selain merah dan biru dikelompokkan sebagai funky sapphire. RUBY Warna merah batu ruby terjadi karena kristal corundum (Al2O3) kerasukan unsur chromium (Ce). Banyak sedikitnya dosis akan mempengaruhi kepekatan warna itu. Over dosis akan membuatnya berwarna kelam dan gelap. Asal kata ruby dari bahasa latin ruben, yang artinya merah. Dalam istilah sansekerta ruby disebut sebagai "ratnaraj" atau raja permata (King of Gemstone). Sudah sejak dulu ruby dikenal sebagai batu permata berharga dan nilainya sangat mahal terutama yang berkualitas di atas rata-rata. Orang menyukai warna merahnya yang seperti lampu rem itu. Warna merah dianggap sebagai lambang gairah dan semangat yang menyala-nyala tak kenal padam. BLUE SAPPHIRE Birunya sapphire terjadi karena pengaruh unsur ferrum (Fe) serta titanium (Ti). Blue sapphire adalah sebutan yang biasa untuk corundum berwarna biru ini. Sapphire berasal dari kata Sappheiros dalam bahasa Yunani yang artinya biru. Sebagian orang baik pria maupun wanita menyukai warna biru yang berkesan melankolis. FUNKY SAPPHIRE Kecuali merah dan biru, corundum berwarna lain disebut funky sapphire. Dalam kelompok funky ini ada warna pink, orange, hijau, kuning, ungu dan sebagainya. Warna pink atau merah jambu seperti rona wajah yang tersipu malu itu pernah mengundang dilema. Seperti kita tahu hanya corundum merah yang disebut ruby. Persoalan muncul ketika orang mempersoalkan kapan batas warna merah dimulai dan kapan berakhir. Apakah warna merah muda itu masih termasuk ruby atau sudah masuk wilayah sapphire. Daripada ribut, kita kemudian dipersilahkan memilih sendiri sesuka selera. Boleh menyebut pink ruby, boleh juga pink sapphire. Gitu aja kok repot! Kalau kita pernah menyaksikan matahari senja di pantai Kuta, seperti itulah kira-kira warna sapphire jingga yang disebut padparadscha. Perpaduan antara unsur Cr dan Fe menghasilkan warna jingga atau orange seperti matahari senja itu. Warna hijau corundum disebabkan oleh unsur nickel (Ni). Sedangkan warna lain-lain terjadi karena beberapa unsur menyatu tercampur-aduk. Merah campur biru hasilnya ungu. Ungu campur hijau menghasilkan coklat dan seterusnya. Dari kawin campur itu kemudian lahirlah lusinan anak-anak warna. STAR SAPPHIRE DAN STAR RUBY Gambaran serupa cahaya bintang berkaki enam akan terlihat berbinar dan berdansa di bodi ruby atau sapphire ketika ditimpa cahaya. Akan nampak nyata ketika batu ruby atau sapphire itu berwarna gelap dan tidak tembus pandang. Sapphire berbintang atau Star sapphire terbesar sementara ini adalah "Star of India" seberat 534 karat atau sekitar 1 ons dan "Star of Asia" seberat 330 karat. Star ruby yang spektakuler sebesar atau seberat 138 karat. COLOR CHANGE SAPPHIRE Adapula batu Sapphire yang dapat menampilkan perubahan warna dari satu warna ke warna yang lain, dari biru muda menjadi biru tua atau ungu. Ini bisa terjadi karena adanya kombinasi antara pengaruh struktur atom di batu tersebut dengan sinar ultraviolet matahari. Sekedar lampu senter tidak cukup mampu untuk mengubah warnanya. Harus sang surya. BERHARGA Harga ruby atau sapphire yang kondisinya oke tidak kurang dari US $ 200 per karat atau Rp 2 juta. Mata cincin sebesar telur cicak ukurannya bisa sekitar 10 karat. Jadi nilai semata cincin itu kira-kira Rp. 20 juta. Harga tersebut sangat bervariasi, bisa melambung setinggi langit, tergantung kepada faktor kecantikan, keaslian, besar, kecil, model, kelangkaan dsb. Baik 20 juta atau 20 milyar semuanya masih di luar jangkauan kebanyakan kita. Anggaran rumahtangga biasa belum siap untuk belanja barang semahal itu. Entah kalau yang dipakai belanja itu adalah anggaran belanja negara. AH... Kalimat pelipur lara, mencintai tidak harus memiliki, boleh kita benarkan. Dengan tahu kisahnya saja, ternyata kita sudah terpuaskan. Kita mengenal batu-batu mulia itu sebagai karya alam yang indah tiada tara. Warna-warninya bak pelangi. Semua mereka berasal dari perut bumi yang terkenal gelap dan gelap, jauh di bawah telapak kaki ibu. Kita merasa takjub oleh kenyataan bahwa ada warna pelangi tumbuh di sana, bahwa ada pesona yang bersembunyi di balik kegelapan. Ah, betapa cantiknya karya Bapa. Yuk, kita eman. Catatan: KARAT Karat merupakan ukuran berat batu mulia. Satu karat setara dengan 0,2 gram atau satu gram sama dengan 5 karat. Apakah satu karat batu mulia tersebut volumenya sama antara jenis yang satu dengan yang lainnya? Tentu saja tidak. Besar kecilnya atau volume batu mulia sangat tergantung kepada berat jenisnya. Sebagai contoh, ruby dan sapphire memiliki berat jenis yang lebih besar dibanding batu akik, 4 dibanding 2,6. Oleh karena itu satu karat batu akik akan nampak lebih besar, sekitar 1,5 kali, dibanding batu ruby ataupun sapphire. Gitu loh..

0 komentar:

Posting Komentar