Model Inkuri Sebagai Alternatif

SALAH satu proses pembelajaran yang berorientasi siswa (student oriented) antara lain adalah model inkuiri. Kata inkuiri berasal dari bahasa Inggris, yaitu kata kerja intransitive yang sama artinya dengan to investigate, kemudian kata itu berkembang menjadi kata benda inquiry yang memiliki makna sama dengan investigation (Hornby, 1981). Echols dan Shadly (1986) memberikan batasan terhadap kata to inquire yang berarti “menyelidiki” kemudian ber-kembang menjadi kata benda inqury yang berarti “penyelidikan”.

Kemudian kata inquiry digunakan sebagai istilah model pembelajaran yang dikembangkan oleh Suchman (1962) yang dikenal dengan model pelatihan inkuiri. Model ini merupakan salah satu bentuk mengajar yang diambil oleh Joice dan Well (1967) dari Suchman. Menurut model ini siswa dituntun pada fenomena penyelidikan yang didasarkan pada konfrontasi intelektual yang dilakukan partisipan aktif dalam penyelidikan ilmiah.

Gambaran diatas menggambarkan bahwa semua mata pelajaran bisa menggunakan model ini apabila guru mampu memformulasikan isi kurikulum pada suatu masalah yang dikembangkan pada situasi yang akan diselidiki siswa. Model pembelajaran inquiri ini berorientasi pada suatu perkembangan jiwa siswa secara mandiri dengan menggunakan metode ilmiah dan memanfaatkan karakteristik jiwa anak sebagai partisipan aktif dalam penyelidikan ilmiah yang mempunyai keingintahuan. Dalam hal ini tugas guru adalah membimbing dengan menggunakan metode ilmiah sehingga diharapkan siswa akan menemukan sesuatu yang baru berdasarkan penyelidikannya sendiri.

Model pembelajaran inkuiri ini dimulai dengan menghadirkan situasi penuh teka-teki bagi siswa yang akan termotivasi untuk mencari pemecahannya apabila mereka dihadapkan pada suatu masalah yang membingungkan. Situasi ini harus dimanfaatkan untuk menerapkan prosedur penyelidikan. Model pembelajaran inkuiri dapat digunakan pada semua tingkatan usia, mulai dari anak-anak sampai dengan dewasa. Dalam kenyataan, baik disadari atau tidak, guru sering melaksanakan model ini walaupun pada tingkat yang lebih sederhana, yaitu inkuiri yang ditekankan pada pencapaian hasil. Misalnya guru menyuruh siswa menebak benda di dalam kotak dengan mengajukan pertanyaan menuju kearah penyelidikan. Model pelatihan inkuiri untuk dewasa ditekankan pada pencapaian konsep.

Sebagai contoh dalam pengajaran mata pelajaran geografi banyak metode yang bisa digunakan, misalnya metode langsung atau audi visual. Metode yang betul-betul mengandalkan penyelidikan dalam pembelajaran geografi sangat penting dilakukan untuk lebih memahami konsep dan aplikasinya di kehidupan sehari-hari siswa. Dengan demikian pembelajaran yang berorientasi siswa betul-betul dapat terlaksana dengan baik. Menurut Hidayat (1997) mengemukakan tiga komponen utama yang perlu diperhatikan dengan hal tersebut , yaitu : (1) Lingkungan siswa, termasuk manusia disekitarnya, sebagai lapangan penyelidikan, (2) proses penyelidikan, (3) Penjelmaan siswa, yang dimanifestasikan dalam kemampuan memahami lingkungan yang ada disekitarnya.

Ketiga komponen inilah yang ditransfer ke dalam kelas sebagai asas strategi penyelidikan dalam pembelajaran geografi. Lingkungan yang berada di sekitar siswa (rumah tinggalnya/sekolah) ditransformasikan ebagai sumber data, kemudian temuannya dijadikan bahan memecahkan masalah geografi yang sedang ditekuninya. Oleh karena itu, guru yang menggunakan model pelatihan inkuiri harus mempersiapkan data “kegeografian” yang sesuai dengan tujuan pembelajarannya baik berupa gambar/foto atau sumber data lain yang diperoleh dari berbagai sumber informasi. Guru harus membimbing siswa mengadakan penyelidikan dan mengolah data yang tersedia. Selain itu guru harus meneliti hasilnya bersama-sama dengan siswa. Guru juga harus bisa mimilih pokok bahasan/materi yang dapat menggunakan model ini. Perlu diingat tidak semua pokok bahasan dan standar kompetensi dapat menggunakan model ini. Karena kemungkinan buku paket yang tersedia tidak dirancang untuk model pelatihan inkuiri.

Pengajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Pengajaran geografi akan berjalan dan berhasil dengan baik manakala mampu mengubah diri peserta didik (siswa) selama ia terlibat di dalam proses pengajaran itu, dan dapat dirasakan manfaatnya secara langsung. Dalam pembelajaran memerlukan media yang sesuai, karena faktor yang me-nyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran antara lain belum dimanfaatkannya sumber belajar secara maksimal, baik oleh guru maupun oleh siswa (peserta didik). Sumber belajar yang dimaksud tentunya bukan hanya buku paket tetapi lingkungan sekitar sekolah atau siswa dapat dijadikan sebagai sumber belajar sekaligus media pembelajaran.

Sehubungan dengan itu model inkuiri diharapkan mampu memanfaatkan lingkungan sekolah dan siswa sebagai sumber belajar yang efektif. Dengan demikian mata pelajaran geografi yang dianggap mata pelajaran yang hanya mengandalkan hapalan dapat diubah menjadi mata pelajaran yang menyenangkan sekaligus meningkatkan kemampuan nalar siswa. Semoga.

0 komentar:

Posting Komentar